Kompetensi Dasar Menerapkan Etika Dunia Kerja di Jepang Melalui Penggunaan Media Flashcard (Studi pada Lembaga Pelatihan Kerja Continent of All People Jakarta)
Abstract
Lembaga Pelatihan Kerja Continent of All People (LPK CAP) Jakarta
menyediakan media belajar dalam program pelatihan bahasa dan budaya Jepang,
salah satunya media flashcard. Media flashcard membantu peserta pelatihan dalam
memperkaya perbendaharaan kata. Rumusan masalah penelitian ini ialah
“Bagaimana pencapaian kompetensi dasar menerapkan etika dunia kerja di Jepang
melalui penggunaan media flashcard di LPK CAP Jakarta?”. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan tentang kompetensi dasar
menerapkan etika dunia kerja di Jepang melalui penggunaan media flashcard di
LPK CAP Jakarta.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Pemilihan tempat
ditentukan menggunakan teknik purposive area. Informan penelitian ini ditentukan
menggunakan teknik purposive sampling, yang terdiri dari 4 orang informan kunci
dan 1 orang informan pendukung. Data diperoleh menggunakan teknik wawancara,
observasi, dan dokumentasi. Peneliti menggunakan teknik keabsahan data, yakni
perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan, dan menggunakan teknik
triangulasi sumber, teknik, dan waktu. Penelitian ini menggunakan empat tahap
metode analisis data Miles & Hubermen, yakni pengumpulan data, reduksi data,
penyajian data, dan verifikasi data.
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa dalam menerapkan etika dunia kerja
di Jepang terkait sikap melaporkan, menghubungi, dan konsultasi peserta pelatihan
mengalami perkembangan. Peserta pelatihan menjadi lebih menguasai dan fasih
dalam berbahasa Jyepang ketika mempraktikkan kompetensi dasar menerapkan
etika dunia kerja di Jepang terkait sikap kerja. Setelah menggunakan media
flashcard, peserta pelatihan lebih antusias dalam belajar karena media yang
digunakan lebih bervariasi, dan peserta pelatihan mampu memperoleh dan mengingat kosakata Jepang dengan mudah. Media flashcard mampu memancing
daya ingat peserta pelatihan untuk mengingat kembali kosakata yang sudah dihafal.
Hal tersebut membuat peserta pelatihan lebih percaya diri untuk berbahasa Jepang.
Pada kompetensi sikap kerja melaporkan dan menghubungi memiliki teknis
penggunaan flashcard yang sama, yakni setelah instruktur meminta peserta
pelatihan menghafal kosakata Jepang, instruktur menampilkan gambar atau kata
pada flashcard pada peserta pelatihan dan meminta peserta pelatihan mengartikan
dan menyusun kalimat berkaitan dengan apa yang ditampilkan. Setelah itu,
instruktur meminta peserta pelatihan mempraktikkan sikap melaporkan dan
menghubungi berkaitan dengan gambar atau tulisan pada flashcard yang
ditampilkan sebelumnya. Contoh, instruktur menampilkan gambar alat keselamatan
kerja, maka peserta pelatihan mempraktikkan sikap melaporkan dan menghubungi
sesuai dengan topik alat keselamatan kerja menggunakan bahasa Jepang. Pada sikap
konsultasi memiliki teknis penggunaan flashcard yang sama dengan kedua sikap
lainnya, namun pada sikap konsultasi didapati peserta pelatihan mampu untuk
mempraktikkan tidak hanya berdasarkan gambar atau kata pada flashcard, namun
mampu untuk mempraktikkan contoh konsultasi diluar tampilan pada flashcard
yang ditampilkan. Seperti mampu berkonsultasi tentang materi yang belum
dipahami.
Kesimpulan penelitian ini ialah terdapat pencapaian kompetensi dasar
menerapkan etika dunia kerja di Jepang terkait kompetensi sikap kerja melaporkan,
menghubungi, dan konsultasi melalui penggunaan media flashcard. Hal ini
ditunjukkan dengan semakin berkembangnya kosakata Jepang yang digunakan
dalam praktik sikap kerja melaporkan, menghubungi, dan konsultasi. Dari
penelitian ini, diharapkan peserta pelatihan dapat lebih giat dalam mengasah
keterampilannya berbahasa Jepangnya. Untuk pihak lembaga, diharapkan dapat
mempertahankan penggunaan media flashcard sebagai salah satu media belajar
kosakata Jepang, dikarenakan media flashcard efektif digunakan untuk
mempelajari kosakata. Untuk peneliti selanjutnya, diharapkan mampu mengkritisi
terkait faktor-faktor yang menghambat pencapaian kompetensi dasar di LPK CAP
Jakarta.