Upaya Pemerintah Turki dalam Mengatasi Konflik dengan Syrian Democratic Forces
Abstract
Konflik antara Pemerintah Turki dan Syirian Democratic Forces (SDF)
merupakan salah satu aspek yang sulit untuk diselesaikan oleh Pemerintah Turki
dari perang saudara Suriah yang mulai pada tahun 2011. Pembahasan konflik antara
Turki dan Syrian Democratic Forces (SDF) menjadi menarik karena Turki bukan
merupakan otoritas yang seharusnya menyelesaikan konflik dengan Syrian
Democratic Forces. Tidak hanya itu, Turki melalui resolusi konfliknya mengalami
beberapa turbulensi sehingga menciptakan kebijakan yang terkesan tidak konsisten.
Strategi resolusi konflik yang Turki terapkan adalah sebuah operasi militer. Berbeda
dengan penerapan resolusi konflik secara general, Turki memutuskan untuk
menggunakan operasi militer sebagai salah satu komponen utama penerapan
resolusi konfliknya. Tidak hanya itu, Turki tidak sendiri dalam upayanya
menciptakan resolusi terhadap konflik yang sedang terjadi. Terdapat keterlibatan
pihak ketiga pada proses implementasinya. Maka dari itu, penelitian ini menjadi
menarik karena Turki tidak hanya menciptakan sebuah resolusi, tetapi tindakan
Turki juga memunculkan tantangan dan prospek perdamaian yang mana kedua hal
ini sangat berbanding terbalik. Melalui pemaparan latar belakang ini, penulis
memutuskan untuk mengkaji lebih lanjut perihal strategi, tantangan dan prospek
perdamaian dari resolusi konflik Turki.
Penelitian ini berfokus kepada analisis pada studi perdamaian Pemerintah
Turki. Penulis menggunakan konsep peace studies sebagai fondasi utama dalam
menganalisis studi kasus. Elaborasi lebih lanjut menggunakan t konsep ini
menunjukkan bahwa Turki menggunakan dua komponen konsep peace studies pada
pendekatannya terhadap konflik dengan SDF. Dua komponen ini adalah
peacekeeping dan peacemaking. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Turki sebagai subjek utama
analisis membuat sebuah strategi peacekeeping dengan melancarkan operasi militer
kepada konflik yang sedang terjadi dengan SDF. Operasi militer dilakukan dengan
tujuan agar pengendalian konflik dapat terjamin. Meskipun demikian, perlu adanya
tindakan lanjutan. Menyesuaikan dengan konsep peace studies, penulis
menggunakan peacemaking sebagai tindakan follow up dari penerapan
peacekeeping. Turki membuat tiga kebijakan peacemaking, yang masing-masing
adalah kerja sama melalui hubungan bilateral dengan Amerika Serikat, normalisasi
hubungan dengan Pemerintah Syria, dan pengendalian pengungsi melalui kerja
sama dengan Uni Eropa. Ketiga langkah tersebut berhubungan satu sama lain,
sehingga menciptakan sebuah kerangka kerja peacemaking yang bertujuan untuk
mengatasi konflik yang tengah terjadi.