PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING ( PEMBELAJARAN FISIKA DI SMP
Abstract
Fisika merupakan bagian dari IPA yaitu ilmu yang mempelajari gejala dan
peristiwa atau fenomena alam serta berusaha untuk mengungkapkan segala
rahasia dan hukum alam semesta. Permasalahan yang sering terjadi di dalam
pembelajaran fisika adalah lemahnya proses pembelajaran yang terjadi di kelas.
Pada umumnya siswa cenderung pasif sehingga membuat siswa kurang
mengembangkan keterampilan berfikirnya. Keterampilan berfikir akan
berhubungan langsung dengan keterampilan pemecahan masalah siswa.
Berdasarkan alasan di atas maka, perlu dikembangkan suatu model pembelajaran
yang dapat membantu dalam meningkatkan kemampuan pemecahan siswa. Salah
satu model yang mendukung adalah model Creative Problem Solving
Jenis penelitian adalah eksperimen, tempat penelitian ditentukan dengan
cara purposive sampling area. Penelitian dilaksanakan di SMPN 4 Banyuwangi.
Responden penelitian ditentukan setelah dilakukan uji homogenitas. Penentuan
sampel penelitian dengan teknik cluster random sampling. Rancangan penelitian
menggunakan control group pre-test post-test. Teknik pengumpulan data
penelitian adalah observasi, wawancara, dokumentasi dan tes. Teknik analisis data
digunakan hasil uji t dengan bantuan SPSS 16.
Dari hasil pengujian dengan taraf signifikansi 5% diperoleh nilai sig 2 tail
sebesar 0,000 < 0,05. Hasil ini menunjukkan ada perbedaan signifikan antara hasil
belajar kelas eksperimen dengan hasil belajar siswa di kelas kontrol. Untuk
menghitung menghitung peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa
diterapkan rumus klasikal dan diperoleh skor rata-rata 82,71% dengan rincian
27,5% klasifikasi masalah, 26,23% pengungkapan gagasan dan 29% untuk
implementasi. Untuk aktivitas belajar siswa diperoleh hasil rata-rata kelas
eksperimen sebesar 92,04% aspek memperhatikan, 65,07% mengajukan
pertanyaan, 65,48% menjawab pertanyaan dan 69,6% mengemukakan pendapat.
Untuk kelas kontrol diperoleh hasil rata-rata 80,89% aspek memperhatikan,
35,33% menjawab pertanyaan, 2 siswa mengajukan pertanyaan pada pertemuan I
dan 2 siswa mengemukakan pendapatnya pada pertemuan I. Dari data tersebut
dapat diketahui bahwa siswa kelas eksperiman lebih aktif dibandingkan siswa
kelas kontrol.
Berdasarkan hasil dan pembahasan diperoleh kesimpulan sebagai berikut