dc.description.abstract | Produk pangan organik tengah atau bahkan sudah menjadi tren konsumsi
masyarakat. Naskah ini disusun untuk merangkum perbedaan karakteristik daging
organik dan non-organik beberapa komoditas ternak, bagaimana persepsi dan
penerimaan konsumen terhadap produk daging organik, serta contoh aplikasi dan
cara mendapatkan sertifikasi organik di Indonesia. Berdasarkan studi literatur yang
telah dilakukan, diketahui bahwa karakter daging organik memiliki cita rasa daging
yaitu lebih gurih dengan tekstur daging yang lebih kenyal. Peternakan organik
memiliki kualitas yang lebih baik dibanding non-organik terutama kandungan
nutrisinya yang menyehatkan karena kandungan lemak esensial yang dihasilkan
dalam daging. Pilihan makanan konsumen memiliki dampak besar terhadap
lingkungan. Dampak lingkungan dari daging organik tinggi karena konsumen memiliki
keyakinan tentang keramahan lingkungan meskipun tidak signifikan. Konsumen
mempersepsikan daging organik sebagai daging yang sehat, aman, alami, enak,
mahal, ramah lingkungan, dan berkualitas baik. Alasan masyarakat tidak
mengkonsumsi daging organik adalah rendahnya pasokan dan tingginya harga, serta
kurangnya jaminan bahwa daging itu benar-benar organik. Beberapa peternakan yang
telah mengaplikasikan sistem organik di Indonesia yaitu CV Rahayu di Sigi Sulawesi
Tengah, TML Farm di Bogor Jawa Barat, Yayasan Bina Sarana Bakti di Bogor Jawa
Barat, PT. Wahyu Utama Group di Tuban Jawa Timur, dan lain-lain. Jaminan produk
organik telah difasilitasi dengan hadirnya lembaga sertifikasi. Beberapa lembaga
sertifikasi yang menangani peternakan organik diantaranya PT Sucofindo, PT
Mutuagung Lestari, INOFICE, LeSOS, BIOCert Indonesia, PT Icert Agritama
Internasional, dan lain-lain. Produsen dengan demikian mendapatkan kepercayaan
pasar dan konsumen mendapatkan jaminan kualitas produk. Dimasa depan, industri
organik memiliki tantangan pengembangan produk dan kemungkinan peminatan
pasar yang semakin luas. | en_US |