dc.description.abstract | Kegiatan urban farming merupakan salah satu jenis dari kegiatan pertanian. Kegiatan urban farming merupakan kegiatan pertanian yang
diusahakan di daerah perkotaan yang terkenal dengan kawasan industrinya. Berjalannya kegatan urban farming tidak terlepas dari berbagai macam kendala yang menyertai kegiatan tersebut. Penyempitan lahan, harga bahan penunjang yang mahal dan kurangnya dukungan pemerintah merupakan beberapa kendala yang sering terjadi pada kegiatan urban farming. Kendala tersebut bisa terdapat di
semua daerah perkotaan yang menjalankan kegiatan urban farming, termasuk Kota Surabaya.
Kota Surabaya merupakan salah satu kota di provinsi Jawa Timur yang lekat dengan kawasan industri yang besar dan memiliki kepadatan penduduk yang besar pula. Penurunan jumlah lahan akibat masifnya kegiatan industrialisasi juga terjadi di Kota Surabaya. Maraknya kegiatan industrialisasi berdampak langsung kepada jumlah petani urban di Kota Surabaya. Hal tersebut juga didukung dengan kurang tepatnya bantuan yang diberikan oleh pemerintah Kota Surabaya. Kendala tersebut tidak membuat semua petani urban di Kota Surabaya menjadi putus asa, karena masih banyak petani yang bertahan. Salah satu kawasan di Kota Surabaya
yang masih bertahan hingga saat ini adalah kawasan Kecamatan Sambikerep, lebih tepatnya Kelurahan Made yang merupakan salah satu sentra urban farming di Kota Surabaya. Penyempitan lahan dan status lahan yang merupakan lahan tidur milik developer tidak membuat petani urban di Kelurahan Made putus asa. Hal tersebut membuat petani masih tetap mempertahankan kegiatan urban farmingnya hingga membuat kegiatan urban farming di Kelurahan Made masih terjaga eksistensinya.
Peneliti tertarik untuk meneliti dan mencari tahu, alasan apa yang
membuat petani urban di Kelurahan Made masih memilih untuk tetap mempertahankan kegiatan urban farmingnya. Peneliti menetapkan beberapa
variabel dalam penelitian yang diantaranya adalah informasi pasar, kebutuhan
akan keberadaan dan keberlanjutan dari kegiatan urban farming. Hal tersebut
membuat peneliti menetapkan beberapa rumusan masalah yang diantaranya,
apakah informasi pasar berpengaruh terhadap eksistensi kegatan urban farming,
apakah kebutuhan akan keberadaan berpengaruh terhadap eksistensi kegatan
urban farming dan apakah keberlanjuta urban farming berpengaruh terhadap
eksistensi kegatan urban farming di Kelurahan Made Kecamatan Sambikerep
Kota Surabaya. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode analisis
deskriptif analisis, dimana sampel dari penelitian ini berasal dari petani yang
tergabung di dalam 4 kelompok tani di Kelurahan Made (Kelompok Tani Tani
Jaya, Kelompok Tani Tani Mulyo, Kelompok Tani Sendang Biru dan Kelompok
Tani Sumber Rezeki). Data yang dihimpun adalah data skala likert yang akan
dianalisis dengan metode SEM-PLS menggunakan aplikasi SmartPLS 3.
Hasil yang didapatkan dari analisis SEM-PLS adalah penelitian ini adalah
hipotesis-1 (variabel informasi pasar berpengaruh terhadap eksistensi urban
farming di Kelurahan Made Kecamatan Sambikerep Kota Surabaya) yang ditolak,
dimana nilai T-Statistik yang didapatkan adalah sebesar 1.918 dengan nilai
koefisien jalur sebesar -0,201. Nilai T-Statistik tersebut lebih kecil dari nilai T-
tabel (1,96), yang membuat hipotesis-1 ditolak. Berbeda halnya dengan hipotesis
2 dan 3 yang diterima, dimana kedua hipotesis tersebut memiliki nilai T-Statistik
sebesar 2,721 dan 2,688. Hal tersebut membuat kedua hipotesis tersebut dapat
diterima. Oleh karena itu berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, dapat diambil
beberapa kesimpulan. Kesimpulan pertama adalah variabel informasi pasar tidak
memiliki pengaruh terhadap eksistensi kegiatan urban farming. Kesimpula kedua
adalah variabel kebutuhan akan keberadaan memiliki pengaruh terhadap
eksistensi kegiatan urban farming dan kesimpulan ketiga adalah keberlanjutan
kegiatan urban farming memiliki pengaruh terhadap eksistensi kegiatan urban
farming. | en_US |