• Login
    View Item 
    •   Home
    • UNDERGRADUATE THESES (Koleksi Skripsi Sarjana)
    • UT-Faculty of Teacher Training and Education
    • View Item
    •   Home
    • UNDERGRADUATE THESES (Koleksi Skripsi Sarjana)
    • UT-Faculty of Teacher Training and Education
    • View Item
    JavaScript is disabled for your browser. Some features of this site may not work without it.

    Studi Kasus Perkembangan Emosi Anak Usia 6 Tahun dari Keluarga Bercerai di RA Perwanida 01 Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember Tahun Ajaran 2021/2022

    Thumbnail
    View/Open
    Shinta Dwi Safitri_180210205054_Repository.pdf (1.632Mb)
    Date
    2022-10-28
    Author
    SAFITRI, Shinta Dwi
    Metadata
    Show full item record
    Abstract
    Keluarga merupakan lembaga yang pertama kali yang mengajarkan individu dengan menjadi role model bagi anak dalam mengelola dan mengeksplorasi emosinya. Imitasi anak pada orang tua akan menentukan reaksi potensial yang akan mereka gunakan untuk mengungkapkan emosinya. Pada umumnya keluarga terdiri atas ayah, ibu, dan anak-anak. Namun, dalam kehidupan nyata sering dijumpai keluarga dimana salah satu orang tuanya tidak ada. Keadaan ini disebut keluarga dengan orang tua tunggal. Orang tua tunggal merupakan orang tua yang secara sendirian membesarkan anak-anaknya tanpa kehadiran, dukungan, dan tanggung jawab pasangannya. Setiap orang tua tidak pernah berkehendak menjadi orang tua tunggal, begitupun dengan semua anak pasti mendambakan keluarga yang lengkap dan harmonis. Pada kenyataannya, kondisi ideal tersebut tidak selamanya dapat dipertahankan. Banyak faktor yang menjadi penyebab perpisahan. Perceraian berdampak pada masa pertumbuhan dan perkembangan anak, dimana anak sedang aktif-aktifnya bertanya, mencari tahu hal baru yang dilihatnya, serta sedang proses dalam pembentukan emosinya. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi awal di RA Perwanida 01 Jember di kelas B, peneliti menemukan seorang anak berinisial S yang belum dapat mengetahui emosi yang ada pada dirinya, dan tidak dapat mengekspresikan emosi dengan tepat. Hal ini terlihat saat anak berinteraksi dengan temantemannya. Anak juga belum dapat melakukan pertahanan diri dan menunjukkan sikap kewaspadaan terhadap orang lain. Hal ini terlihat saat anak dipukul temannya, anak tidak melakukan perlawanan dan bahkan tidak merespon. Menurut hasil wawancara dengan guru kelas menjelaskan bahwa anak berinisial “S” berasal dari keluarga bercerai, kesehariannya anak diasuh oleh orang tua yang terpisah dan saat ini tinggal bersama neneknya, sesekali ayah “S” mengunjungi anak tersebut saat akhir pekan. Berdasarkan permasalahan yang ada di lapangan, peneliti tertarik untuk meneliti dan menganalisis secara mendalam terhadap perkembangan emosi anak dari keluarga bercerai tersebut. Penelitian ini dilaksanakan di RA perwanida 01, Kecamatan Sumbersari, Kabupaten Jember selama 2 minggu. Subjek penelitian ini adalah satu anak yang berinisial “S”. Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Sumber data yang diperoleh dari informan yaitu 1 anak yang berinisial “S”, guru kelas, nenek dan orang tua. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan melalui tahapan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Adapun faktor penyebab perceraian orang tua “S” adalah karena terjadi perselingkuhan, yang berarti salah satu pasangan mengkhianati dan menciderai pernikahannya. Tentu, perceraian orang tua ini sangat berdampak besar terhadap diri anak. Dalam penelitian ini dampak yang terlihat cenderung dampak yang negatif, anak terkadang merasa cemburu sosial, merasa sedih dan kesepian hingga akhirnya harus mengalihkannya ke smartphone. Emosi yang paling sering muncul adalah marah. Saat marah anak membenturkan kepalnya ke lantai dan tembok, menyakiti diri sendiri dan juga membanting-banting barang, namun hal ini dilakukan hanya di rumah nenek dan mamanya, karena anak “S” mengaku takut jika melakukan hal demikian didepan ayahnya, serta tidak melakukannya di sekolah karena orang tua dan neneknya yang mengajarkan untuk mengalah dan tidak menghiraukan temannya yang menggangu, sehingga emosi marahnya harus tertahan dan diluapkan saat di rumah. Selain itu, anak menjadi sangat sensitif dan mudah sekali menangis, anak “S” juga tidak berani menyampaikan sesuatu yang diinginkan. Anak “S” selalu menunggu diberi ruang oleh orang disekitarnya, baru memiliki keberanian untuk mengungkapkan sesuatu.
    URI
    https://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/110447
    Collections
    • UT-Faculty of Teacher Training and Education [15360]

    UPA-TIK Copyright © 2024  Library University of Jember
    Contact Us | Send Feedback

    Indonesia DSpace Group :

    University of Jember Repository
    IPB University Scientific Repository
    UIN Syarif Hidayatullah Institutional Repository
     

     

    Browse

    All of RepositoryCommunities & CollectionsBy Issue DateAuthorsTitlesSubjectsThis CollectionBy Issue DateAuthorsTitlesSubjects

    My Account

    LoginRegister

    Context

    Edit this item

    UPA-TIK Copyright © 2024  Library University of Jember
    Contact Us | Send Feedback

    Indonesia DSpace Group :

    University of Jember Repository
    IPB University Scientific Repository
    UIN Syarif Hidayatullah Institutional Repository