dc.description.abstract | Matematika dianggap menjadi mata pelajaran yang sulit bagi siswa
khususnya bagi siswa sekolah dasar. Mereka beranggapan bahwa selain sulit
dipahami, matematika juga membosankan. Saat pembelajarannya pun contoh soal
yang diberikan guru sulit untuk dibayangkan karena contoh soal tidak diambil dari
aktivitas sehari-hari siswa. Pembelajaran matematika pun akhirnya kurang
maksimal dan bermakna. Guna mewujudkan pembelajaran matematika yang
bermakna serta mudah dipahami, perlulah mengaitkan pembelajaran matematika
tersebut dengan kehidupan sehari-hari seperti melalui budaya yang ada di sekitar
siswa. Budaya yang ada di sekitar siswa dan memiliki unsur matematika salah
satunya yaitu candi. Bagian yang ada pada candi dapat dimanfaatkan sebagai objek
belajar siswa terkait pembelajaran matematika khususnya cabang geometri.
Tujuan dari penelitian ini yaitu mengeksplorasi dan mendeskripsikan
etnomatematika pada Candi Cetho berdasarkan kajian pada bangun datar kelas IV
kemudian bangun datar tersebut dikaji terkait kompetensi dasar pembelajaran
matematika kelas IV siswa sekolah dasar. Letak dari Candi Cetho berada di Dusun
Cetho, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar. Jenis penelitian ini ialah
penelitian deskriptif kualitatif dengan metode pengumpulan data yang digunakan
yaitu observasi, wawancara, serta dokumentasi.
Candi Cetho dibuat pada masa Kerajaan Brawijaya V dengan model
berundak, sebab letaknya yang berada dilereng gunung. Candi ini memiliki teras
berjumlah 13 teras, setiap teras terdapat beberapa bangunan seperti arca, gapura,
petilasan, Garudeya, Lingga-Yoni, relief, pendopo hingga teras terakhir yaitu
terdapat mandala utama. Berdasarkan hasil observasi serta wawancara, ditemukan bahwa pada Candi
Cetho terdapat beberapa konsep matematika khususnya pada bidang geometri.
Konsep bangun datar terdapat pada gapura, relief Sudamala, sengkalan, Garudeya,
mandala utama, arca Prabu Brawijaya V, arca Sabdo Palon Naya Genggong,
pendopo, petilasan Ki Ageng Krincingwesi, Lingga Yoni, Garudeya, dan Surya
Majapahit. Bangunan tersebut memiliki bentuk persegi panjang, lingkaran,
trapesium, segitiga sama sisi, serta segitiga sama kaki. Konsep bangun ruang berupa
bangun limas segi empat dan balok yang ada pada atap petilasan serta tangga teras.
Konsep bangun segi banyak yakni bangun segi banyak beraturan berupa segitiga
sama sisi yang ada pada Yoni serta pada gupala. Selain itu konsep segi banyak tidak
beraturan ada pada Garudeya, atap pendopo, relief Sudamala dan sengkalan,
gapura, badan mandala utama, Lingga serta arca dengan bentuk persegi panjang,
trapesium, dan segitiga sama kaki. Konsep bukan segi banyak juga ada pada
Lingga, perhiasan arca Nyai Agni, dan surya Majapahit. Konsep kesebangunan
terdapat pada tangga teras sedangkan konsep refleksi ada pada gapura dan
Garudeya.
Hasil dari penelitian etnomatematika ini kemudian dikaji berdasarkan
kompetensi dasar pembelajaran matematika kelas IV siswa sekolah dasar. Adapun
kompetensi dasar yang dapat dikaitkan dengan konsep bangun ruang serta bangun
segi banyak antara lain: 3.6; 3.9; 3.10; 4.16; dan 4.17. Diharapkan hasil eksplorasi
pada Candi Cetho ini dapat digunakan oleh guru untuk mengembangkan proses
pembelajaran matematika di kelas IV, sehingga pembelajaran pun menjadi
bermakna. Kepada peneliti selanjutnya disarankan untuk mengeksplor lebih dalam
mengenai etnomatematika yang ada pada Candi Cetho serta dapat mengaitkannya
dengan pembelajaran matematika dan mengembangkannya menjadi bahan ajar
tertentu seperti paket tes dan lain sebagainya | en_US |