Prospek Pengembangan Produk Cascara Celup dengan Penambahan Jahe Merah (Zingiber Officinale Var. Rubrum) Berdasarkan Mutu Produk, Kelayakan Finansial dan Penerapan Model Bisnis Kanvas
Abstract
Cascara merupakan produk minuman herbal yang berasal dari olahan
limbah kulit kopi. Produk cascara ini memiliki kekurangan, dimana bau asam dari
cascara kurang disukai konsumen. Salah satu upaya meningkatkan mutu produk
cascara yaitu dengan mengkombinasikannya dengan jahe merah (Zingiber
officinale var. Rubrum). Jahe merah mengandung komponen volatil berupa
senyawa zingiberen dan zingiberol yang memberikan aroma khas yang segar yang
dapat menutupi bau asam dari cascara. Suatu produk yang akan dikembangkan
harus memiliki mutu yang baik guna meningkatkan nilai guna dan nilai jual dari
produk itu sendiri. Penilaian aspek finansial juga perlu dilakukan untuk
mengetahui kelayakan suatu industri yang akan dikembangkan. Pengembangan
produk cascara jahe merah celup ini membutuhkan sebuah model bisnis agar
mudah beradaptasi dengan kondisi pasar yaitu dengan cara penerapan model
bisnis kanvas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan
rasio cascara dan jahe merah terhadap sifat fisik, kimia, organoleptik dan
mikrobiologi produk cascara jahe merah celup guna mendapat formulasi terbaik
dari produk cascara jahe merah celup; menganalisis kelayakan finansial
pengembangan produk cascara jahe merah celup; dan mmengetahui model bisnis
kanvas dengan komponen-komponen bisnis yang paling berpengaruh untuk
pengembangan produk cascara jahe merah celup.
Penelitian ini dilaksanakan menggunakan tiga tahap yaitu tahap satu
pengembangan profil produk, tahap dua analisis finansial, dan tahap tiga
penerapan model bisnis kanvas. Tahap satu dilakukan pembuatan produk dengan
lima formulasi yaitu T0 (Cascara 100% : Jahe Merah 0%), T1 (Cascara 90% :
Jahe Merah 10%), T2 (Cascara 80% : Jahe Merah 20%), T3 (Cascara 70% : Jahe
Merah 30%), dan T4 (Cascara 60% : Jahe Merah 40%), kemudian dilakukan
analisis mutu meliputi uji fisik, kimia, organoleptik, dan mikrobiologi.
Selanjutnya dibuat desain kemasan dan diidentifikasi profil produknya. Tahap
kedua yaitu analisis finansial meliputi Net Present Value (NPV), Internal Rate of
Return (IRR), Net Benefit/Cost Ratio (Net B/C Ratio), Break Even Point (BEP),
serta Pay Back Period (PBP). Tahap ketiga yaitu penerapan model bisnis kanvas
menggunakan sembilan komponen bisnis yaitu customer segments, customer
relationships, channels, value propositions, key activities, key resources, key
partners, revenue streams, dan cost structure.
Perbedaan rasio cascara dan jahe merah memberikan pengaruh nyata
terhadap sifat fisik, kimia, organoleptik, dan mikrobiologi produk cascara jahe
merah celup. Adapun formulasi produk cascara jahe merah celup terbaik
diperoleh dari perlakuan T3 (cascara 70% : jahe merah 30%) yang memiliki
kesukaan warna sebesar 4,15; kesukaan aroma sebesar 4,34; kesukaan rasa
sebesar 4,17; nilai L* sebesar 32,377; nilai pH sebesar 5,05; kadar air sebesar
13,461%, total fenol sebesasr 21,105 mg GAE/g, aktivitas antioksidan sebesar
68,115% dan total mikroba sebesar 3,36 × 103 CFU/ml. Pengembangan produk
cascara jahe merah celup layak dijalankan berdasarkan analisis finansial dengan
nilai NPV sebesar Rp 99.755.141, IRR 24%, B/C rasio 1,1, BEP 119.042.455 pcs,
dan PBP 3,1 tahun. Komponen bisnis yang paling berpengaruh terhadap
perencanaan model bisnis kanvas yaitu customer segment, chanel dan customer
relationship. Customer segment terdiri dari pria dan wanita golongan milenial,
masyarakat perkotaan, pecinta teh dan kopi, dan pengusaha coffee shop.
Komponen chanels yaitu dilakukan melalui online shop dan coffee shop,
sedangkan customer relationship dilakukan dengan menyediakan layanan
konsumen, memberikan potongan harga, dan memberikan voucher gratis ongkir