dc.description.abstract | Indonesia merupakan salah satu negara yang agraris yang sebagian besar
penduduknya memiliki mata pencaharianya sebagai petani (lingkungan pertanian).
Potensi alam yang dimiliki Indonesia menjadikan negara Indonesia menjadi
negara yang subur dengan beraneka ragam flora dan fauna yang dapat tumbuh dan
berkembang. Nilai tambah terbesar dari suatu rangkaian usaha-usaha pertanian
tersebut tercipta pada subsistem pengolahan atau agroindustri.
Pengelolaan bahan baku hasil pertanian merupakan komponen kedua dalam
kegiatan agrobisnis setelah komponen produksi pertanian. Bahan baku merupakan
salah satu faktor yang sangat penting bagi berlangsungnya suatu proses produksi.
Untuk mencapai tujuan yang diinginkan, maka perusahaan akan berusaha
semaksimal mungkin untuk mengelola dan mengendalikan perusahaannya dalam
melakukan pengelolaan bahan baku yang baik didasarkan suatu perencanaan yang
baik juga karena selain untuk mencapai tujuan yang diinginkan juga untuk
kelangsungan hidup perusahaan.
Tembakau merupakan salah satu jenis tanaman yang sangat dikenal di
kalangan masyarakat Indonesia. Kegunaan tembakau dikenal masyarakat terutama
sebagai bahan baku dalam pembuatan rokok. Perusahaan Rokok Gagak Hitam
merupakan salah satu perusahaan yang berada di Kabupaten Bondowoso yang
memproduksi rokok dengan bahan baku utama yaitu tembakau. Rokok yang
diproduksi pada PR Gagak Hitam Bondowoso terdapat 3 jenis merk, yaitu rokok
gagak hitam filter, rokok gagak hitam gold (kretek), dan rokok gagak hitam GKL
(kretek). Permasalahan yang dihadapi oleh PR Gagak Hitam adalah tembakau
yang digunakan pada produksi rokok mengalami kekurangan yang disebabkan
oleh waktu pengiriman yang terlambat sehingga kegiatan produksi menjadi
menurun bahkan terhambat karena perusahaan mengalami kekurangan persediaan bahan baku tembakau. Hal ini terbukti pada bulan April 2019 jumlah produksi
rokok hanya sebanyak 13.824 batang rokok. Pada periode tersebut stok bahan
baku perusahaan dan jumlah pengadaan bahan baku cenderung lebih rendah dari
pada periode lainnya. Tembakau yang didatangkan setiap bulannya berkisar 2 ton
untuk memproduksi rokok sebanyak kurang lebih 400 pack setiap harinya. Selain
itu, proses produksi yang harus terhenti yang disebabkan tidak adanya bahan baku
menjadi permasalahan yang kerap terjadi pada PR Gagak Hitam. Permasalahan
yang dihadapi bukan hanya menentukan berapa kali pembelian harus
dilaksanakan, namun perusahaan harus memperhitungkan efisiensi dari persediaan
yang dibeli oleh perusahaan. Untuk dapat mengatasi masalah tersebut, maka
diperlukan proses perencanaan pengadaan bahan baku secara otomatis dengan
kecerdasan bantuan.
Penggunaan metode Fuzzy Tsukamoto dalam menganalisis jumlah
persediaan bahan baku tembakau di PR Gagak Hitam Bondowoso untuk
penentuan jumlah persediaan bahan baku didasarkan pada jumlah produksi rokok,
jumlah persediaan awal, harga bahan baku, dan jumlah pengadaan bahan baku.
Penggunaan Fuzzy Inference System (FIS) metode Tsukamoto diharapkan mampu
menjadi metode yang efektif untuk menentukan jumlah perencanaan bahan baku
tembakau guna memaksimalkan kebutuhan produksi rokok.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prediksi perencanaan pengadaan
bahan baku menggunakan Fuzzy Tsukamoto dalam satu tahun terakhir (Mei 2020
– April 2021) menunjukkan hasil yang sangat baik dengan nilai MAPE sebesar
1,98%. Dilanjutkan dengan proses simulasi model Fuzzy untuk rencana produksi
bulan Mei– Desember 2021 dengan meramalkan terlebih dahulu variabel input
yaitu persediaan awal dan produksi menggunakan metode SES, harga
menggunakan metode DES Brown dan diperoleh rencana pengadaan bahan baku
pada bulan Mei – Desember 2021 berturut-turut adalah 4366 kg, 941 kg, 728 kg,
559 kg, 322 kg, 172 kg, 100 kg, dan 63 kg | en_US |