dc.description.abstract | Komoditas jamur tiram sangat berpotensi untuk diterapkan menggunakan
konsep urban farming, dengan memanfaatkan kemajuan teknologi dalam
penggunaan jaringan internet. Pada proses perawatan jamur tiram sangat
memerhatikan kondisi suhu dan kelembaban yang harus dipertahankan pada
rentang nilai tertentu, agar dapat mengurangi kerugian akibat gagal panen serta
monitoring perlu dilakukan selama 24 jam penuh. Hal ini yang menjadi alasan
mengapa perlu diterapkannya suatu alat monitoring dengan harga terjangkau dalam
menjaga kondisi suhu dan kelembaban yang ideal dengan konsep Internet of Things
(IoT). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa besar peningkatan nilai
efisiensi dan efektivitas kinerja setelah penggunaan alat monitoring suhu dan
kelembaban yang dirancang dengan menggunakan konsep Internet of Things (IoT)
lalu diterapkan pada budidaya jamur tiram.
Internet of Things (IoT) pada penelitian ini diterapkan dengan
menghubungkan mikrokontroler NodeMCU ESP8266 dengan perangkat
smartphone melalui jaringan internet untuk monitoring dengan memanfaatkan
sensor DHT22 sebagai detektor suhu dan kelembaban. Metode blackbox testing
dijadikan sebagai pengujian kinerja sebelum penerapan alat. Untuk trial and error
dilakukan perbandingan alat yang dirancang dengan thermo-hygrometer digital
selama 15 jam. Pada kumbung jamur tiram rancangan alat diterapkan selama 24
jam untuk melihat kondisi suhu dan kelembaban lingkungan pada proses budidaya
jamur tiram, dan dilanjutkan dengan pengambilan data hasil panen jamur tiram
yang kurang ideal. Monitoring dilakukan menggunakan aplikasi Blynk melalui
jaringan internet dan data monitoring disimpan pada sebuah database server dan
dapat dilihat pada sebuah web. Analisis data yang digunakan yaitu mengukur
efisiensi waktu serta efektivitas mutu jamur tiram kurang ideal sebelum dan
sesudah alat diterapkan.
Hasil dari pengujian kinerja alat monitoring ruang budidaya jamur tiram
pada parameter suhu memperoleh nilai error sebesar 0,33 0C, hal ini berarti nilai
yang didapat tidak melebihi nilai batas toleransi akurasi sensor DHT22 sebesar ±
0,5 0C, dan dapat dikatakan layak untuk digunakan. Pada parameter kelembaban
diperoleh tingkat error sebesar 1,8% RH, sehingga nilai tersebut masih dalam batas
toleransi akurasi sensor DHT22 sebesar ± 2% RH, dan dapat dikatakan layak untuk
digunakan. Dalam analisis perhitungan efisiensi kinerja diperoleh hasil sebesar
77,95% untuk peningkatan efisiensi waktu monitoring oleh pekerja. Pada analisis
nilai efektivitas mutu jamur tiram kurang ideal, mendapatkan nilai hasil perhitungan
sebesar 143% menjadi 163%, hal ini menunjukkan hasil panen jamur tiram yang
memiliki mutu baik dan dapat dipasarkan semakin meningkat setelah alat yang
dirancang diterapkan pada ruang budidaya jamur tiram. | en_US |