Analisis Risiko Produksi Mie Rumput Laut menggunakan Fuzzy Inference System (Studi Kasus di Koperasi Anika Usaha, Desa Aengdake Bluto, Sumenep)
Abstract
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 2/3 bagiannya adalah lautan. Hal tersebut sangat menguntungkan bagi Indonesia dari segi hasil laut yang melimpah. Salah satu hasil laut yang cukup tinggi di Indonesia yaitu rumput laut. Jenis rumput laut di Indonesia yang memiliki nilai ekonomis tinggi yaitu dari kelas alga merah (Rhodophyceae), contohnya dari genus Eucheuma spesies Eucheuma cottonii. Jawa Timur merupakan daerah penghasil rumput laut terbesar ketujuh se-Indonesia pada tahun 2017. Diantara beberapa Kabupaten yang ada di Jawa Timur, Kabupaten Sumenep merupakan kabupaten penghasil rumput laut terbesar di Jawa Timur dengan hasil produksi rata-rata sebesar 573.832,374 ton pada tahun 2011-2015. Adapun wilayah yang memiliki potensi penghasil rumput laut di Kabupaten Sumenep diantaranya adalah Sapeken, Bluto, Saronggi, Talango dan Dungkek.
Salah satu produk yang berpotensi dikembangkan dari hasil olahan rumput laut adalah produk mie rumput laut. Mie rumput laut berbeda dengan mie kering pada umumnya, karena penambahan rumput laut jenis Eucheuma cottonii yang berpengaruh terhadap kandungan serat dan tekstur mie rumput laut itu sendiri. Mie rumput laut diproduksi oleh Koperasi Anika Usaha melalui unit usahanya yaitu UD. Karang Baru. Koperasi Anika Usaha merupakan salah satu koperasi yang bergerak di bidang budidaya dan pengolahan rumput laut. Dalam pengembangan usahanya ini, terdapat risiko-risiko yang dihadapi dalam proses pengelolaannya. Manajamen risiko usaha mie rumput laut bertujuan untuk mengetahui, menganalisa dan mengendalikan risiko dalam proses pengaadaan bahan baku, proses pengolahan, pemasaran dan finansial. Tahapan penelitian yang dilakukan secara garis besar mencakup empat tahapan yaitu studi pendahuluan, identifikasi risiko, diagnosis risiko dan perumusan strategi. Metode analisis data pada diagnosis risiko menggunakan logika fuzzy dan merumuskan strategi pengendaliannya menggunakan analytical hierarchy process (AHP).
Hasil peneltian menunjukkan bahwa risiko bahan baku pada produksi mie rumput laut adalah “sedang” sebesar 290 dengan nilai keanggotaan 0,58 (sedang) dan 0,42 (tinggi), nilai risiko pada proses pengolahan adalah “rendah” sebesar 210 dengan nilai keanggotaan 0,83 (sedang) dan 0,17 (rendah), nilai risiko pada pemasaran adalah “sedang” sebesar 288 dengan nilai keanggotaan 0,59 (sedang) dan 0,41 (tinggi), selanjutnya nilai risiko pada finansial adalah “tinggi” sebesar 367 dengan nilai keanggotaan 1 menunjukan kategori tinggi. Kemudian secara keseluruhan untuk nilai agregasi keempat risiko mendapatkan output risiko yaitu “sedang” sebesar 306 dengan nilai keanggotaan 0,45 termasuk dalam kategori sedang dan nilai keanggotaan 0,54 menunjukkan kategori tinggi. Selanjutnya, strategi pengendalian risiko produksi mie rumput laut di Koperasi Anika Usaha menggunakan metode AHP mendapatkan hasil strategi dengan prioritas petama yaitu fasilitasi akses pemasaran untuk meningkatkan penjualan.