dc.description.abstract | Briket merupakan salah satu bentuk bahan bakar alternatif dari bahan
organik. Salah satu diantaranya adalah briket dengan menggunakan ampas tebu.
Selain murah, bahan untuk membuat briket merupakan bahan yang melimpah.
Bahkan, seringkali dijumpai dalam bentuk limbah karena tidak digunakan kembali
dan pada akhirnya menumpuk mengotori lingkungan sekitar atau terbuang sia-sia.
Ampas tebu merupakan salah satu sisa-sisa pengolahan lahan pertanian.
Ampas tebu memiliki nilai kalor yang cukup untuk diolah menjadi briket. Pada
pembuatan briket ampas tebu tanpa karbonisasi belum mencukupi standar SNI
briket karena juga memiliki kadar serat yang cukup tinggi sehingga perlu
dilakukan proses ramah lingkungan untuk menurunkan kadar serat tinggi dan
meningkatkan nilai kalor. Salah satu caranya merupakan proses fermentasi
sebelum pembuatan briket.
Proses pemisahan perlakuan dimulai dari memisahkan tekstur ampas yaitu
P1 (ampas tebu tanpa fermentasi), P2 (fermentasi dengan Trichoderma harzianum),
P3 (fermentasi dengan EM4). Pada P2 fermentasi ampas tebu dilakukan dengan
mencampur bahan dengan spora Trichoderma harzianum yang sudah dibiakkan
dalam media jagung kemudian dilarutkan dalam air dan dicampur dengan
molasses, sementara untuk P3 fermentasi ampas tebu dilakukan dengan
mencampur bahan dengan bakteri aktif yang disaring dari larutan EM4, dedak,
molasses dan terasi. Pencetakan dimulai dari pencampuran ampas yang sudah
dikeringkan seberat 50 g dengan perekat tepung tapioka 10 g yang dicampur air
sebanyak 50 ml pada setiap sampel kemudian dilakukan pengempaan. Variabel
perlakuan dalam pembuatan briket ini terletak pada jenis tekstur bahan. | en_US |