Asuhan Keperawatan Pasien Congestive Heart Failure Pada Ny. N dan Ny. M Dengan Masalah Keperawatan Intoleran Aktivitas di Ruang Melati RSUD Dr. Haryoto Lumajang Tahun 2018
Abstract
Saat ini Congestive Heart Failure (CHF) atau yang biasa disebut gagal
jantung kongestif merupakan satu-satunya penyakit kardiovakuler yang terus
meningkat insiden dan prevalensinya. Hal ini juga disertai dengan peningkatan
mortalitas (Saunders, 2000 dalam Rachma, 2014). Gejala yang dialami pasien CHF
terjadi akibat penurunan perfusi jaringan dan edema pada vena seluruh tubuh.
Akibatnya, pasien akan mengalami ketidakcukupan energi dan menimbulkan
masalah intoleransi aktivitas.
Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah untuk mengesplorasi asuhan
keperawatan pada pasien CHF (Congestive Heart Failure) pada Ny. N dan Ny. M
dengan masalah keperawatan intoleran aktivitas. Desain yang digunakan adalah
laporan kasus. Pengumpulan data dilakukan terhadap dua orang pasien CHF yang
memenuhi kriteria partisipan, dengan teknik wawancara, observasi, pemeriksaan
fisik, dan studi dokumentasi.
Hasil penelitian penulis di RSUD dr. Haryoto Lumajang pada pasien CHF
(Congestive Heart Failure) dengan masalah keperawatan intoleran aktivitas
memliki 3 batasan karakteristik yang muncul diantaranya ketidaknyamanan atau
dipnea saat beraktivitas, frekuensi jantung atau tekanan darah tidak normal sebagai
respon terhadap aktivitas, perubahan EKG yang menunjukkan aritmia atau iskemia.
Intervensi dan Implementasi yang dilakukan pada pasien CHF dengan masalah
keperawatan intoleran aktivitas yaitu manajemen energi, terapi latihan mobilitas
fisik, dan bantuan perawatan diri. Pada tahap evaluasi keperawatan, yaitu dari 3
kriteria hasil secara umum semua tercapai dalam 5 hari pada tindakan keperawatan
manajemen energi, terapi latihan mobilitas fisik, dan bantuan perawatan diri.
Dari hasil tersebut, bagi peneliti selanjutnya dengan masalah yang sama,
diharapkan untuk memfokuskan tindakan manjemen energy agar tidak
menimbulkan kelelahan yang berakibat sesak pada pasien. Bagi perawat diharapkan
untuk menerapkan intervensi aktivitas keperawatan untuk mengkaji tingkat
kemampuan pasien untuk berbindah dari tempat tidur, berdiri, ambulasi, dan
melakukan AKS dan AKSI dan keluarga diharapkan untuk mengenali tanda dan
gejala intoleran aktivitas, termasuk kondisi yang perlu dilaporkan kepada dokter.