DIAGNOSIS KESEIMBANGAN HARA PADA DAUN TANAMAN TEBU LAHAN KERING MENGGUNAKAN METODE DRIS (STUDI KASUS: PG. BUNGAMAYANG, LAMPUNG DAN PT. PG. RAJAWALI II UNIT SUBANG, JAWA BARAT)
Abstract
Kebutuhan gula berbading lurus dengan pertumbuhan penduduk di
Indonesia. Namun, produksi gula dalam negeri masih belum dapat memenuhi
keseluruhan kebutuhan gula nasional. Salah satu penyebabnya adalah produktivitas
tebu Indonesia masih tergolong rendah, terutama tebu yang dibudidayakan di lahan
kering/tegalan. Upaya peningkatan produksi tanaman tebu sangat diperlukan yakni
melalui perbaikan teknik budidaya diantaranya dengan memperbaiki kesuburan
tanah melalui pemupukan. Untuk menetapkan jenis dan dosis pupuk diperlukan
rekomendasi pemupukan yang tepat. Langkah awal yang perlu dilakukan dalam
menentukan rekomendasi pemupukan adalah dengan melakukan diagnosis status
hara. Salah satu cara untuk melakukan diagnosis status hara tanaman dapat
dilakukan melalui analisis tanaman.
Interpretasi hasil analisis tanaman untuk mendapatkan nilai status hara
dalam tanaman tebu dilakukan menggunakan metode DRIS. Prinsip metode DRIS
adalah menilai hara tanaman untuk mendapatkan komposisi hara yang paling
berimbang serta diperoleh produksi dan kualitas hasil yang tinggi. Penentuan ini
didasarkan pada nisbah hara satu terhadap lainnya dan berhubungan dengan
produksi tinggi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hara pembatas utama
produktivitas sebagai penyebab belum optimalnya produktivitas tanaman tebu
sekaligus mengetahui urutan keseimbangan hara N, P, K dan Mg untuk melakukan prioritas perbaikan hara di kebun-kebun tebu berproduktivitas rendah dan sedang.
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai informasi dasar dalam
meningkatkan produktivitas tebu sekaligus sebagai dasar pertimbangan anjuran
dosis pupuk hara makro Penelitian ini dilaksanakan di PG. Bungamayang, Lampung dan PT. PG.
Rajawali II unit Subang, Jawa Barat mulai bulan Juli 2016 hingga Oktober 2016.
Metode penelitian yang digunakan adalah melalui survey pengambilan contoh daun
tebu di lapangan berdasarkan prosedur baku, masing-masing sebanyak 25 dan 21
contoh. Kebun-kebun tebu berproduktivitas tinggi (>80 ton/ha) dijadikan dasar
untuk menetapkan norm, sedangkan kebun-kebun tebu berproduktivitas sedang (60
– 80 ton/ha) dan rendah (<60 ton/ha) digunakan untuk mengetahui faktor hara yang
menjadi pembatas produktivitas. Sebagai uji coba atau verifikasi diperoleh Norm
N/P, N/K, K/P, N/Mg, P/Mg dan K/Mg masing-masing 11,37; 1,61; 7,24; 15,19;
1,33; dan 9,81.
Hasil penelitian diperoleh rasio hara N/P, N/K, K/P, N/Mg, P/Mg dan K/Mg
seimbang pada daun tanaman tebu berdasarkan diagram DRIS berturut-turut 10,57
- 12,17; 1,44 - 1,78; 6,22 - 8,26; 14,99 - 17,39; 1,18 - 1,48 dan 7,62 - 12,00. Hasil
diagnosis rasio hara menunjukkan terjadi ketidakseimbangan hara Mg pada kebunkebun
di PG. Bungamayang. Sedangkan di PG. Subang menunjukkan terjadi
ketidakseimbangan hara N dan Mg. Berdasarkan Indeks DRIS tanaman tebu
menunjukkan unsur hara Mg umumnya menempati urutan pertama sebagai faktor
pembatas pada kebun tebu berproduktivitas sedang dan rendah di PG.
Bungamayang. Sedangkan pada kebun tebu berproduktivitas sedang dan rendah di PG. Subang, unsur hara N dan Mg bergantian menempati urutan pertama sebagai
faktor pembatas produktivitas serta diduga terdapat hara lain diluar N, P, K dan Mg
yang memiliki nilai tidak seimbang.
Collections
- UT-Faculty of Agriculture [4239]