PEMETAAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN RANU BETOK GUNUNG LAMONGAN MENGGUNAKAN METODE MAGNETIK
Abstract
Gunung Lamongan merupakan gunung api aktif yang berada di Jawa Timur.
Gunung Lamongan merupakan gunung yang menarik karena mempunyai banyak ranu
yang tersebar luas di kawasan tersebut. Salah satu ranu yang berada di Gunung
Lamongan adalah Ranu Betok, untuk mengetahui struktur bawah permukaan Ranu
Betok dapat dilakukan dengan bermacam metode geofisika. Salah satu metode yang
dapat digunakan adalah metode magnetik. Metode magnetik adalah metode yang
sering digunakan dalam survei pendahuluan pada eksplorasi minyak bumi, gas bumi,
dan penyelidikan batuan mineral.
Alat yang digunakan dalam pengukuran metode magnetik yaitu Proton
Procession Magnetometer berfungsi untuk mengukur intensitas medan magnet dan
GPS berfungsi untuk menentukan posisi titik pengukuran. Pengambilan data
magnetik dilakukan sebanyak 54 titik ukur yang tersebar secara merata pada area
sekeliling dan sekitar ranu, dengan luas penelitian berada pada koordinat 113°23’16”-
113°24’07” Bujur Timur dan 7°58’12”-7°57’28” Lintang Selatan. Hasil pengukuran
medan magnet kemudian diolah dengan menggunakan software pengolahan data
magnetik untuk mendapatkan data anomali medan magnet di daerah penelitian. Hasil
anomali medan magnet yang terukur kemudian dilakukan koreksi harian, koreksi
IGRF (International Geomagnetic Reference Field), transformasi reduksi ke kutub
dan kontinuasi ke atas. Koreksi tersebut digunakan untuk menghilangkan pengaruhpengaruh
nilai anomali medan magnet yang terukur di daerah penelitian.
Berdasarkan dari hasil penelitian di daerah penelitian didominasi dengan dua
nilai anomali yang mempunyai kontras perbedaan yang sangat mencolok, yaitu
anomali medan magnet rendah dengan nilai intensitas medan magnet lebih kecil dari
20 nT serta anomali medan magnet tinggi dengan nilai intensitas medan magnet lebih
besar dari 250 nT. Sedangkan sisanya di daerah penelitian merupakan anomali medan
magnet sedang dengan nilai intensitas medan magnet berkisar dari -20 nT sampai
dengan 250 nT yang mendominasi dari separuh daerah penelitian. Anomali medan
magnet rendah menunjukkan bahwa daerah tersebut merupakan daerah yang tersusun
atas batuan yang mempunyai demagnetisasi batuan kecil, dan diduga sebagai batuan
vulkanik yang telah mengalami pelapukan tinggi seperti batuan breksi yang sudah
lapuk. Anomali medan magnet tinggi merupakan daerah yang tersusun atas batuan
yang mempunyai demagnetisasi batuan relatif lebih besar sehingga nilai intensitas
medan magnet yang muncul adalah nilai anomali tinggi. Daerah dengan anomali
tinggi diduga sebagai defleksi dari batuan beku atau batuan vulkanik yang
diperkirakan mempunyai hubungan erat dengan batuan intrusi yang bersifat magnetik
sedang sampai tinggi. Sedangkan untuk nilai anomali sedang merupakan daerah yang
diduga sebagai respon batuan vulkanik yang telah mengalami pelapukan sedang
seperti batuan lava dan andesit. Berdasarkan hasil tersebut di daerah Ranu Betok
diduga struktur bawah permukaannya didominasi oleh batuan lava, breksi gunung
api, batuan andesit, dan basalt.