Show simple item record

dc.contributor.advisorPriyantari, Nurul
dc.contributor.advisorSupriyadi
dc.contributor.authorJUNAIDI, ACHMAD
dc.date.accessioned2016-11-18T12:04:44Z
dc.date.available2016-11-18T12:04:44Z
dc.date.issued2016-11-18
dc.identifier.nim101810201005
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/78129
dc.description.abstractGunung Lamongan merupakan gunung api aktif yang berada di Jawa Timur. Gunung Lamongan merupakan gunung yang menarik karena mempunyai banyak ranu yang tersebar luas di kawasan tersebut. Salah satu ranu yang berada di Gunung Lamongan adalah Ranu Betok, untuk mengetahui struktur bawah permukaan Ranu Betok dapat dilakukan dengan bermacam metode geofisika. Salah satu metode yang dapat digunakan adalah metode magnetik. Metode magnetik adalah metode yang sering digunakan dalam survei pendahuluan pada eksplorasi minyak bumi, gas bumi, dan penyelidikan batuan mineral. Alat yang digunakan dalam pengukuran metode magnetik yaitu Proton Procession Magnetometer berfungsi untuk mengukur intensitas medan magnet dan GPS berfungsi untuk menentukan posisi titik pengukuran. Pengambilan data magnetik dilakukan sebanyak 54 titik ukur yang tersebar secara merata pada area sekeliling dan sekitar ranu, dengan luas penelitian berada pada koordinat 113°23’16”- 113°24’07” Bujur Timur dan 7°58’12”-7°57’28” Lintang Selatan. Hasil pengukuran medan magnet kemudian diolah dengan menggunakan software pengolahan data magnetik untuk mendapatkan data anomali medan magnet di daerah penelitian. Hasil anomali medan magnet yang terukur kemudian dilakukan koreksi harian, koreksi IGRF (International Geomagnetic Reference Field), transformasi reduksi ke kutub dan kontinuasi ke atas. Koreksi tersebut digunakan untuk menghilangkan pengaruhpengaruh nilai anomali medan magnet yang terukur di daerah penelitian. Berdasarkan dari hasil penelitian di daerah penelitian didominasi dengan dua nilai anomali yang mempunyai kontras perbedaan yang sangat mencolok, yaitu anomali medan magnet rendah dengan nilai intensitas medan magnet lebih kecil dari 20 nT serta anomali medan magnet tinggi dengan nilai intensitas medan magnet lebih besar dari 250 nT. Sedangkan sisanya di daerah penelitian merupakan anomali medan magnet sedang dengan nilai intensitas medan magnet berkisar dari -20 nT sampai dengan 250 nT yang mendominasi dari separuh daerah penelitian. Anomali medan magnet rendah menunjukkan bahwa daerah tersebut merupakan daerah yang tersusun atas batuan yang mempunyai demagnetisasi batuan kecil, dan diduga sebagai batuan vulkanik yang telah mengalami pelapukan tinggi seperti batuan breksi yang sudah lapuk. Anomali medan magnet tinggi merupakan daerah yang tersusun atas batuan yang mempunyai demagnetisasi batuan relatif lebih besar sehingga nilai intensitas medan magnet yang muncul adalah nilai anomali tinggi. Daerah dengan anomali tinggi diduga sebagai defleksi dari batuan beku atau batuan vulkanik yang diperkirakan mempunyai hubungan erat dengan batuan intrusi yang bersifat magnetik sedang sampai tinggi. Sedangkan untuk nilai anomali sedang merupakan daerah yang diduga sebagai respon batuan vulkanik yang telah mengalami pelapukan sedang seperti batuan lava dan andesit. Berdasarkan hasil tersebut di daerah Ranu Betok diduga struktur bawah permukaannya didominasi oleh batuan lava, breksi gunung api, batuan andesit, dan basalt.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.subjectPEMETAAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAANen_US
dc.subjectMETODE MAGNETIKen_US
dc.titlePEMETAAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN RANU BETOK GUNUNG LAMONGAN MENGGUNAKAN METODE MAGNETIKen_US
dc.typeUndergraduat Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record