MODEL SISTEM DINAMIK KETERSEDIAAN SINGKONG BAGI INDUSTRI TAPE DI KABUPATEN JEMBER
Abstract
Singkong (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu komoditas
pertanian yang tersebar luas di Indonesia. Kabupaten Jember merupakan salah
satu wilayah penghasil singkong yang cukup besar dengan total produksi
singkong di Kabupaten Jember mencapai 47.803 ton di tahun 2012, dengan luas
area panen mencapai 2.741 ha dan produktivitas 174,400 kw/ha/tahun (Badan
Pusat Statistik, 2012). Namun, pada tahun 2013 produksi singkong menurun.
Total produksi tahun 2013 mencapai 41.560 ton, dengan luas area panen mencapai
2.427 ha dan produktivitas 171,24 kw/ha/tahun (Badan Pusat Statistik, 2014).
Kabupaten Jember juga merupakan salah satu sentra agroindustri berbahan dasar
singkong, salah satunya adalah agroindustri tape singkong. Banyaknya
agroindustri yang berbahan dasar singkong dan terjadinya penurunan
produktivitas singkong menyebabkan terjadinya persaingan untuk memperoleh
bahan baku bagi masing-masing agroindustri. Ketersediaan singkong memiliki
sifat yang dinamik yang disebakan banyak faktor. Maka dari itu untuk
memecahkan masalah yang komplek tidak dapat menggunakan penyebab tunggal
melainkan dengan menggunakan pendekatan sistem.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Sistem
Dinamik. Model yang dibangun nantinya akan mendeskripsikan tentang pola
ketersediaan dan penyediaan singkong bagi agroindustri, khususnya bagi
agroindustri tape singkong. Model sistem dinamik yang akan dikembangkan
nantinya tidak hanya akan digunakan untuk melakukan simulasi kondisi nyata dari
ketersediaan singkong tetapi juga digunakan untuk melihat pola dari skenario
penyediaan singkong di Kabupaten Jember. Model yang dikembangkan nantinya
akan dibagi menjadi tiga sub model yaitu : sub model penyediaan, sub model
kebutuhan konsumsi dan sab model kebutuhan industri.
vii
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa produksi singkong Kabupaten
Jember tidak dapat memenuhi kebutuhan total di Kabupaten Jember. Hal ini
menyebabkan agroindustri tape mengalami under capacity. Agroindustri tape
singkong hanya mampu memenuhi kebutuhan produksinya sebesar 60% per
tahunnya. Skenario yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan singkong
agroindustri tape adalah dengan skenario yang menggambarkan adanya peran
aktif dari pelaku industri dan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan bahan baku
agroindustri salah satunya adalah dengan kemitraan. Skenario pertama pada
penelitian ini adalah skenario kemitraan, skenario ini merupak gambaran aktif
pelaku industri untuk memenuhi kebutuhan bahan bakunya. Kebutuhan singkong
industri tape pada skenario ini didapat dari produksi singkong Kabupaten Jember.
hal tersebut menyebabkan terpenuhinya kebutuhan singkong bagi industri tape,
namun menyebabkan semakin besarnya kebutuhan konsumsi yang tidak
terpenuhi. Skenario kedua adalah skenario kemitraan dan perluasan areal tanam
sebesar 2% per tahun, skenario ini merupakan gambaran peran aktif pelaku
industri dan pemerintah. Skenario kedua ini belum mampu memenuhi kebutuhan
singkong bagi industri tape selama 10 tahun kedepan. Sedangkan skenario ke tiga,
skenario kemitraan dan peningkatan produktivitas sebesar 20 kw/ha tidak terlalu
banyak memberikan pengaruh meski telah mampu memenuhi kebutuhan singkong
selam 10 tahun kedepan. Skenario keempat, skenario kemitraan dan gabungan
(peningkatan luas areal tanam dan peningkatan produktivitas). Skenario ini telah
mampu memenuhi kebutuhan singkong sampai 10 tahun ke depan. Upaya ini
merupakan alternatif yang lebih baik, dimana pada skenario keempat ini surplus
singkong lebih banyak.