STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI SUWAR-SUWIR DI KABUPATEN JEMBER
Abstract
Kabupaten Jember merupakan salah satu kabupaten penghasil singkong dimana total produksi singkong pada tahun 2013 mencapai 415.600 kwintal dengan produktivitas sebesar 171,24 kwintal/hektar. Jumlah tersebut cukup besar jika dibandingkan dengan kabupaten penghasil singkong lainnya di Jawa Timur. Singkong dapat dimanfaatkan menjadi produk olahan dengan nilai tambah yang tinggi, salah satunya adalah suwar-suwir. Suwar-suwir merupakan makanan khas Jember yang berbahan baku tape singkong. Suwar-suwir berpotensi terus berkembang karena melimpahnya produksi singkong yang cukup besar. Selama ini, suwar-suwir di produksi oleh agroindustri berskala kecil atau industri rumah tangga dengan pengolahan yang masih tradisional. Sejauh ini, terdapat 25 unit agroindustri suwar-suwir di Kabupaten Jember.
Agroindustri suwar-suwir belum berkembang sebagaimana yang diharapkan. Hal tersebut diakibatkan karena agroindustri suwar-suwir masih mengalami beberapa permasalahan. Permasalahan yang sering dihadapi oleh agroindustri suwar-suwir adalah mengenai keterbatasan tersedianya bahan baku yang terjadi pada musim-musim tertentu dan juga agroindustri belum memiliki standar mutu kualitas suwar-suwir yang dihasilkan. Selain itu, terdapat beberapa permasalahan lain yang dihadapi oleh agroindustri suwar-suwir. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi permasalahan pada agroindustri suwar-suwir, untuk menstrukturkan permasalahan yang terjadi pada agroindustri suwar-suwir dan untuk merancang strategi pengembangan agroindustri suwar-suwir.
Penelitian dilakukan melalui dua tahap yaitu strukturisasi permasalahan dan penentuan strategi. Strukturisasi permasalahan melalui tahapan studi pendahuluan, identifikasi permasalahan dan menstrukturkan permasalahan.
Kemudian untuk penentuan strategi melalui tahapan analisis kriteria strategi, analisis alternatif strategi dan penentuan prioritas strategi.
Terdapat dua metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan metode Interpretive Structural Modeling (ISM) dan Analytical Hierarchy Process (AHP). Metode ISM digunakan untuk menstrukturkan permasalahan yang dihadapi oleh agroindustri suwar-suwir dan mencari permasalahan utama yang dihadapi. Metode AHP digunakan untuk menentukan strategi pengembangan yang berbasis pada penyelesaian permasalahan utama tersebut.
Hasil yang didapatkan yaitu terdapat 15 elemen permasalahan yang dihadapi oleh agroindustri suwar-suwir yang secara garis besar mencakup pada bahan baku, kualitas produk, pemasaran, jumlah mitra agroindustri, jumlah tenaga kerja dan minat konsumen. Setelah melalui tahap analisa data, dapat diketahui bahwa permasalahan utama yang dihadapi adalah keterbatasan tersedianya bahan baku berupa tape singkong. Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, maka diperlukan adanya strategi pengadaan bahan baku. Hasil yang didapatkan adalah agroindustri memproduksi sendiri bahan baku berupa tape singkong, sehingga permasalahan tersebut dapat terselesaikan dan agroindustri suwar-suwir dapat berkembang secara optimal.