PENGARUH INTENSITAS RADIASI MATAHARI, KELEMBABAN UDARA DAN KECEPATAN ANGIN TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN CABAI DENGAN BERBAGAI PERLAKUAN REKAYASA IKLIM MIKRO
Abstract
Pemanasan global (global warming) telah mengubah kondisi iklim global,
regional, dan lokal. Perubahan iklim global disebabkan antara lain oleh
peningkatan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) akibat berbagai aktivitas yang
mendorong peningkatan suhu bumi. Untuk menghadapi dampak buruk pemanasan
global dapat dilakukan dengan berbagai strategi, diantaranya strategi adaptasi.
Strategi adaptasi adalah pengembangan berbagai upaya yang adaptif dengan
situasi yang terjadi akibat dampak perubahan iklim terhadap sumberdaya
infrastruktur dan lain-lain. Antara lain melalui rekayasa iklim mikro. Melakukan
rekayasa iklim mikro berarti melakukan rekayasa terhadap lingkungan yang
berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan tanaman (Andriyani, 2009)
Iklim mikro didefinisikan sebagai keadaan atmosfer di sekitar tempat
tumbuh tanaman, tempat hidup manusia dan hewan (Wiesner, 1970 dalam
Andriyani, 2009). Tanaman cabai (Capsicum annuum L) merupakan tanaman
sayuran yang mempunyai sistim perakaran agak dalam, tetapi sangat peka
terhadap kekurangan air. Tanaman ini sering ditanam sepanjang tahun biasanya
dilakukan pada awal musim hujan untuk lahan tegalan dan pada awal musim
kemarau untuk lahan sawah, sedangkan di daerah kering banyak diusahakan pada
musim hujan, kendalanya adalah tidak tahan terhadap adanya genangan air
maupun kekeringan (Koesriharti et al, 1999 dalam Noorhadi dan Sudadi, 2003 ).
Unsur iklim yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman cabai adalah
intensitas radiasi matahari, kelembaban udara dan kecepatan angin. Jika intensitas
radiasi matahari tinggi, akan menyebabkan laju penguapan semakin meningkat
dan kelembaban udara akan semakin rendah, yang akan berdampak pada kondisi
tanah yang akan semakin kering, sehingga pertumbuhan tanaman cabai akan
terganggu.