DAMPAK INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP GANGGUAN PENDENGARAN (AUDITORY EFFECT) PADA PEKERJA DI PABRIK I PT PETROKIMIA GRESIK
Abstract
Penggunaan alat-alat dan mesin-mesin pada industri menghasilkan intensitas suara
yang dapat menimbulkan kebisingan di lingkungan kerja. Hal ini akan berdampak
buruk terhadap kesehatan pekerja terutama terhadap gangguan pendengaran
(auditory). Gangguan pendengaran tidak hanya dipengaruhi oleh intensitas
kebisingan tetapi juga dipengaruhi oleh faktor pekerja seperti usia, masa kerja,
dan penggunaan alat pelindung telinga (APT). Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis dampak intensitas kebisingan terhadap gangguan pendengaran
(auditory effect) pada pekerja di pabrik I PT Petrokimia Gresik.
Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan rancangan cross
sectional. Responden pada penelitian ini sebanyak 54 pekerja yang tersebar di
empat unit kerja yaitu unit pabrik amonia, unit pabrik urea, unit pabrik ZA I/III,
dan unit utiliti I. Intensitas kebisingan didapatkan dari hasil pengukuran dengan
menggunakan sound level meter, gangguan pendengaran diketahui dengan
pengukuran menggunakan penala, faktor pekerja (umur, masa kerja, dan
penggunaan APT) diketahui dari hasil kuesioner, wawancara, dan observasi.
Analisis statistik dilakukan dengan α sebesar 0,05. Uji phi cramer`s v digunakan
untuk mengetahui hubungan faktor pekerja dengan gangguan pendengaran, uji
statistik spearman digunakan untuk mengetahui hubungan intensitas kebisingan
dengan gangguan pendengaran,.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
faktor pekerja dengan gangguan pendengaran, yaitu umur dengan gangguan
pendengaran (p = 0,000). Hal ini berarti bahwa umur mempengaruhi terjadinya
gangguan pendengaran, semakin bertambahnya umur maka akan terjadi
penurunan fungsi pendengaran secara progresif dan bertahap. Masa kerja mempunyai hubungan yang signifikan dengan gangguan pendengaran (p = 0,000)
yang berarti bahwa semakin lama masa kerja maka terjadi peningkatan nilai
ambang dengar. Nilai ambang dengar yang semakin meningkat menunjukkan
kemampuan mendengar semakin menurun sehingga terjadi gangguan
pendengaran. Intensitas kebisingan memiliki hubungan yang signifikan dengan
gangguan pendengaran (p= 0,033). Intensitas kebisingan yang melebihi nilai
ambang batas akan mempengaruhi sistem pendengaran yang akan menyebabkan
gangguan pendengaran, baik yang bersifat sementara maupun bersifat permanen.
Penggunaan APT tidak ada hubungan yang signifikan dengan gangguan
pendengaran (p = 0,336). Pengendalian kebisingan yang sudah dilakukan adalah
pengendalian administratif dan penggunaan APT.
Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan bagi perusahaan lebih memperhatikan
keselamatan dan kesehatan para pekerja dengan menerapkan Program Konservasi
Pendengaran (Hearing Conservation Program). Bagi dinas tenaga kerja
diharapkan dapat melakukan pengawasan terkait keselamatan dan kesehatan kerja
di perusahaan. Bagi pekerja diharapkan untuk selalu memprioritaskan
keselamatan dan kesehatan kerja untuk menekan terjadinya kecelakaan kerja.
Collections
- UT-Faculty of Public Health [2275]