Show simple item record

dc.contributor.advisorMa’rufi, Isa
dc.contributor.advisorDewi P.S., Anita
dc.contributor.authorRahmawati, Evie Dyah Ayu
dc.date.accessioned2015-12-28T02:28:05Z
dc.date.available2015-12-28T02:28:05Z
dc.date.issued2015-12-28
dc.identifier.nim112110101005
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/68768
dc.description.abstractPenggunaan alat-alat dan mesin-mesin pada industri menghasilkan intensitas suara yang dapat menimbulkan kebisingan di lingkungan kerja. Hal ini akan berdampak buruk terhadap kesehatan pekerja terutama terhadap gangguan pendengaran (auditory). Gangguan pendengaran tidak hanya dipengaruhi oleh intensitas kebisingan tetapi juga dipengaruhi oleh faktor pekerja seperti usia, masa kerja, dan penggunaan alat pelindung telinga (APT). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak intensitas kebisingan terhadap gangguan pendengaran (auditory effect) pada pekerja di pabrik I PT Petrokimia Gresik. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan rancangan cross sectional. Responden pada penelitian ini sebanyak 54 pekerja yang tersebar di empat unit kerja yaitu unit pabrik amonia, unit pabrik urea, unit pabrik ZA I/III, dan unit utiliti I. Intensitas kebisingan didapatkan dari hasil pengukuran dengan menggunakan sound level meter, gangguan pendengaran diketahui dengan pengukuran menggunakan penala, faktor pekerja (umur, masa kerja, dan penggunaan APT) diketahui dari hasil kuesioner, wawancara, dan observasi. Analisis statistik dilakukan dengan α sebesar 0,05. Uji phi cramer`s v digunakan untuk mengetahui hubungan faktor pekerja dengan gangguan pendengaran, uji statistik spearman digunakan untuk mengetahui hubungan intensitas kebisingan dengan gangguan pendengaran,. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara faktor pekerja dengan gangguan pendengaran, yaitu umur dengan gangguan pendengaran (p = 0,000). Hal ini berarti bahwa umur mempengaruhi terjadinya gangguan pendengaran, semakin bertambahnya umur maka akan terjadi penurunan fungsi pendengaran secara progresif dan bertahap. Masa kerja mempunyai hubungan yang signifikan dengan gangguan pendengaran (p = 0,000) yang berarti bahwa semakin lama masa kerja maka terjadi peningkatan nilai ambang dengar. Nilai ambang dengar yang semakin meningkat menunjukkan kemampuan mendengar semakin menurun sehingga terjadi gangguan pendengaran. Intensitas kebisingan memiliki hubungan yang signifikan dengan gangguan pendengaran (p= 0,033). Intensitas kebisingan yang melebihi nilai ambang batas akan mempengaruhi sistem pendengaran yang akan menyebabkan gangguan pendengaran, baik yang bersifat sementara maupun bersifat permanen. Penggunaan APT tidak ada hubungan yang signifikan dengan gangguan pendengaran (p = 0,336). Pengendalian kebisingan yang sudah dilakukan adalah pengendalian administratif dan penggunaan APT. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan bagi perusahaan lebih memperhatikan keselamatan dan kesehatan para pekerja dengan menerapkan Program Konservasi Pendengaran (Hearing Conservation Program). Bagi dinas tenaga kerja diharapkan dapat melakukan pengawasan terkait keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan. Bagi pekerja diharapkan untuk selalu memprioritaskan keselamatan dan kesehatan kerja untuk menekan terjadinya kecelakaan kerja.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.subjectKebisinganen_US
dc.subjectGangguan Pendengaranen_US
dc.titleDAMPAK INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP GANGGUAN PENDENGARAN (AUDITORY EFFECT) PADA PEKERJA DI PABRIK I PT PETROKIMIA GRESIKen_US
dc.typeUndergraduat Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record