PEMANFAATAN EKSTRAK TUMBUHAN PUTRI MALU (Mimosa pudica Linn) SEBAGAI PENGENDALI PENYAKIT ANTRAKNOSA (Colletotrichum capsici) SECARA IN VIVO PADA TANAMAN CABAI (Capsicum annuum L)
Abstract
Penyakit antraknosa (Colletotrichum capsici) merupakan salah satu
penyebab kerugian dalam budidaya tanaman cabai. Pengendalian dengan pestisida
kimia sering dilakukan, dan dapat meninggalkan residu pestisida yang
membahayakan kesehatan manusia karena cabai dapat dimakan mentah.
Tumbuhan putri malu merupakan salah satu tumbuhan yang dapat digunakan
untuk pembuatan ekstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas
ekstrak daun, batang, akar dan seluruh tumbuhan putri malu untuk mengendalikan
penyakit antraknosa pada tanaman cabai.
Pada penelitian ini digunakan rancangan acak kelompok (RAK) yang
terdiri atas perlakuan P1 (kontrol), P2 ( mancozeb 64% + metalaksil 8%), P3
(Ekstrak putri malu), P4 (Ekstrak daun putri malu), P5 (Ekstrak batang putri
malu), P6 (Ekstrak akar putri malu). Daun, batang, akar dan seluruh tumbuhan
putri malu masing-masing seberat 200 g diekstrak dengan 1 liter air, kemudian
disemprotkan pada 7 hari sesudah inokulasi. Inokulasi C. capsici disemprotkan
ketanaman sampai basah pada umur 14 hst dengan kerapatan konidia 5 x 10
konidia ml
-1
. Insidensi (%) dan keparahan penyakit (%) pada daun diamati
bersamaan sejak umur 21 hst sampai 112 hst dengan interval 7 hari, sedangkan
pada buah diamati sejak umur 49 hst sampai 112 hst dengan interval 7 hari.
Menghitungan berat kumulatif produksi cabai (kg) dengan menjumlahkan hasil
dari setiap kali panen.
Hasil penelitian menunjukkan ektrak akar putri malu dengan konsentrasi
200 g/l lebih efektif mengendalikan penyakit antraknosa dibandingkan dengan
perlakuan ekstrak daun, batang dan seluruh tumbuhan putri malu. Pada perlakuan
ekstrak akar putrid malu laju insiden penyakit pada buah lebih lambat
dibandingkan dengan perlakuan ekstrak yang lain mulai dari 49 hst sampai 112 hst. Pada perlakuan ekstrak daun, ekstrak batang dan ekstrak seluruh tumbuhan
putri malu laju insidensi penyakit pada buah lebih cepat dari 49 hst sampai 112
hst. Perlakuan ekstrak akar putri malu juga menunjukkan laju keparahan penyakit
pada daun lebih lambat mulai dari 21 hst sampai 112 hst, dibandingkan dengan
perlakuan ekstrak daun, ekstrak batang dan ekstrak seluruh tumbuhan putri malu
laju keparahan penyakit pada buah dari semua perlakuan ekstrak mengalami
penurunan dipengamatan terakhir, akan tetapi perlakuan ekstrak akar putri malu
lebih lambat mulai dari 91 hst sampai 105 hst, dibandingkan dengan perlakuan
ekstrak ekstrak daun, ekstrak batang dan ekstrak seluruh tumbuhan putri malu.
Rendahnya tingkat serangan jamur C.capsici pada perlakuan ekstrak akar putri
malu mampu menghasilkan buah cabai lebih banyak. Perlakuan ekstrak seluruh
tumbuhan putri malu, ekstrak daun dan ekstrak batang dengan konsentrasi yang
sama kurang efektif mengendalikan penyakit antraknosa yang disebabkan oleh
jamur C. Capsici sehingga hasil produksi cabai lebih rendah dari pada perlakuan
ekstrak akar.
Berdasarkan hasil penelitian ini, ekstrak akar putri malu paling efektif
mengendalikan penyakit antraknosa. Ditunjukkan dengan kemampuannya
menekan insidensi penyakit pada buah dan mampu menekan keparahan penyakit
pada daun dan buah
Collections
- UT-Faculty of Agriculture [4239]