Show simple item record

dc.contributor.authorHardi Yuda
dc.date.accessioned2013-12-09T04:15:19Z
dc.date.available2013-12-09T04:15:19Z
dc.date.issued2013-12-09
dc.identifier.nimNIM081510501114
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/6647
dc.description.abstractPenyakit antraknosa (Colletotrichum capsici) merupakan salah satu penyebab kerugian dalam budidaya tanaman cabai. Pengendalian dengan pestisida kimia sering dilakukan, dan dapat meninggalkan residu pestisida yang membahayakan kesehatan manusia karena cabai dapat dimakan mentah. Tumbuhan putri malu merupakan salah satu tumbuhan yang dapat digunakan untuk pembuatan ekstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas ekstrak daun, batang, akar dan seluruh tumbuhan putri malu untuk mengendalikan penyakit antraknosa pada tanaman cabai. Pada penelitian ini digunakan rancangan acak kelompok (RAK) yang terdiri atas perlakuan P1 (kontrol), P2 ( mancozeb 64% + metalaksil 8%), P3 (Ekstrak putri malu), P4 (Ekstrak daun putri malu), P5 (Ekstrak batang putri malu), P6 (Ekstrak akar putri malu). Daun, batang, akar dan seluruh tumbuhan putri malu masing-masing seberat 200 g diekstrak dengan 1 liter air, kemudian disemprotkan pada 7 hari sesudah inokulasi. Inokulasi C. capsici disemprotkan ketanaman sampai basah pada umur 14 hst dengan kerapatan konidia 5 x 10 konidia ml -1 . Insidensi (%) dan keparahan penyakit (%) pada daun diamati bersamaan sejak umur 21 hst sampai 112 hst dengan interval 7 hari, sedangkan pada buah diamati sejak umur 49 hst sampai 112 hst dengan interval 7 hari. Menghitungan berat kumulatif produksi cabai (kg) dengan menjumlahkan hasil dari setiap kali panen. Hasil penelitian menunjukkan ektrak akar putri malu dengan konsentrasi 200 g/l lebih efektif mengendalikan penyakit antraknosa dibandingkan dengan perlakuan ekstrak daun, batang dan seluruh tumbuhan putri malu. Pada perlakuan ekstrak akar putrid malu laju insiden penyakit pada buah lebih lambat dibandingkan dengan perlakuan ekstrak yang lain mulai dari 49 hst sampai 112 hst. Pada perlakuan ekstrak daun, ekstrak batang dan ekstrak seluruh tumbuhan putri malu laju insidensi penyakit pada buah lebih cepat dari 49 hst sampai 112 hst. Perlakuan ekstrak akar putri malu juga menunjukkan laju keparahan penyakit pada daun lebih lambat mulai dari 21 hst sampai 112 hst, dibandingkan dengan perlakuan ekstrak daun, ekstrak batang dan ekstrak seluruh tumbuhan putri malu laju keparahan penyakit pada buah dari semua perlakuan ekstrak mengalami penurunan dipengamatan terakhir, akan tetapi perlakuan ekstrak akar putri malu lebih lambat mulai dari 91 hst sampai 105 hst, dibandingkan dengan perlakuan ekstrak ekstrak daun, ekstrak batang dan ekstrak seluruh tumbuhan putri malu. Rendahnya tingkat serangan jamur C.capsici pada perlakuan ekstrak akar putri malu mampu menghasilkan buah cabai lebih banyak. Perlakuan ekstrak seluruh tumbuhan putri malu, ekstrak daun dan ekstrak batang dengan konsentrasi yang sama kurang efektif mengendalikan penyakit antraknosa yang disebabkan oleh jamur C. Capsici sehingga hasil produksi cabai lebih rendah dari pada perlakuan ekstrak akar. Berdasarkan hasil penelitian ini, ekstrak akar putri malu paling efektif mengendalikan penyakit antraknosa. Ditunjukkan dengan kemampuannya menekan insidensi penyakit pada buah dan mampu menekan keparahan penyakit pada daun dan buahen_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries081510501114;
dc.subjectPemanfaatan Ekstrak Tumbuhan Putri Maluen_US
dc.titlePEMANFAATAN EKSTRAK TUMBUHAN PUTRI MALU (Mimosa pudica Linn) SEBAGAI PENGENDALI PENYAKIT ANTRAKNOSA (Colletotrichum capsici) SECARA IN VIVO PADA TANAMAN CABAI (Capsicum annuum L)en_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record