Pengaruh Fermentasi Aspergillus oryzae terhadap Kadar Genistein dan Aktivitas Penghambatan Tirosinase Kedelai (Glycine max) In vitro
Abstract
Kaum wanita sebagian besar menginginkan kulit cerah, putih, terlihat cantik
serta berpenampilan menarik, khususnya kaum wanita di Asia yang memiliki
barometer kecantikan yaitu berkulit putih. Saat ini berbagai produk kosmetik
terutama produk pemutih kulit banyak dipasarkan. Salah satu mekanisme bahan
pemutih kulit adalah menghambat kerja tirosinase. Tirosinase merupakan enzim yang
berperan penting dalam biosintesis melanin, pigmen warna pada kulit. Proses
pembentukan melanin dapat direduksi ketika tirosinase dihambat, sehingga
menyebabkan kulit tampak lebih cerah.
Kedelai (Glycine max), suku Fabaceae, merupakan tanaman kacang-kacangan
yang banyak mengandung senyawa isoflavon. Isoflavon merupakan salah satu
senyawa golongan flavonoid yang memiliki aktivitas hambatan tirosinase. Isoflavon
memiliki bentuk aglikon, glikosida, malonil glikosida dan asetil glikosida. Aktivitas
hambatan tirosinase isoflavon aglikon (genistein, daidzein dan glisitein) lebih besar
daripada isoflavon glikosida (genistin, daidzin dan glisitin).
Salah satu usaha untuk mendapatkan senyawa isoflavon aglikon yang lebih
besar adalah dengan cara fermentasi. Fermentasi merupakan suatu proses terjadinya
perubahan kimia pada suatu substrat organik melalui aktivitas enzim yang dihasilkan
oleh mikroorganisme. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh fermentasi
kedelai menggunakan Aspergillus oryzae terhadap kadar genistein dan aktivitas
hambatan tirosinase.
Tahap awal yang dilakukan dalam penelitian ini adalah preparasi sampel yang
terdiri dari kedelai non-fermentasi dan terfermentasi hari ke-1,2,3, dan 4. Kemudian
dilakukan pengukuran kadar genistein menggunakan metode KLT-densitometri dan
aktivitas hambatan tirosinase menggunakan spektrofotometri.
Hasil penetapan kadar genistein menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
kadar genistein selama proses fermentasi. Kadar genistein ekstrak kedelai meningkat
6,98; 17,89; 27,91; dan 1,15 kali selama fermentasi hari ke- 1, 2, 3, dan 4
dibandingkan kadar genistein ekstrak kedelai non-fermentasi.
Hasil uji aktivitas hambatan tirosinase menunjukkan terjadi peningkatan
aktivitas yang ditandai dengan menurunnya nilai IC50 pada kedelai terfermentasi hari
ke-1, 2 dan 3. Nilai IC50 ekstrak kedelai non-fermentasi dan terfermentasi hari ke-
1,2,3, dan 4 secara berurutan sebesar 292 ± 8,464; 287,76 ± 5,834; 239,36 ± 9,681;
180,153 ± 2,846; dan 288,81 ± 8,69 μg/ml. Nilai penghambatan tirosinase tertinggi
dengan nilai IC50 terendah dihasilkan oleh ekstrak kedelai terfermentasi hari ke-3.
Jika dibandingkan dengan nilai IC50 genistein sebagai kontrol positif, aktivitas
penghambatan tirosinase dari masing-masing ekstrak lebih rendah. Nilai IC50
genistein sebesar 130,31 μg/ml.
Hasil analisis statistik uji one-way annova uji post-hoc LSD menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan bermakna kadar genistein dan aktivitas hambatan
tirosinase pada sampel kedelai fermentasi hari ke-2 dan ke-3 daripada non-fermentasi
yang ditunjukkan dengan nilai p < 0,05. Dapat disimpulkan bahwa fermentasi
menggunakan A. oryzae dapat meningkatkan kadar genistein dan aktivitas hambatan
tirosinase kedelai (Glycine max).
Collections
- UT-Faculty of Pharmacy [1469]