Show simple item record

dc.contributor.advisorUlfa, Evi Umayah
dc.contributor.advisorPuspitasari, Endah
dc.contributor.authorYunindarwati, Estika
dc.date.accessioned2015-12-03T04:27:24Z
dc.date.available2015-12-03T04:27:24Z
dc.date.issued2015-12-03
dc.identifier.nim112210101001
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/66124
dc.description.abstractKaum wanita sebagian besar menginginkan kulit cerah, putih, terlihat cantik serta berpenampilan menarik, khususnya kaum wanita di Asia yang memiliki barometer kecantikan yaitu berkulit putih. Saat ini berbagai produk kosmetik terutama produk pemutih kulit banyak dipasarkan. Salah satu mekanisme bahan pemutih kulit adalah menghambat kerja tirosinase. Tirosinase merupakan enzim yang berperan penting dalam biosintesis melanin, pigmen warna pada kulit. Proses pembentukan melanin dapat direduksi ketika tirosinase dihambat, sehingga menyebabkan kulit tampak lebih cerah. Kedelai (Glycine max), suku Fabaceae, merupakan tanaman kacang-kacangan yang banyak mengandung senyawa isoflavon. Isoflavon merupakan salah satu senyawa golongan flavonoid yang memiliki aktivitas hambatan tirosinase. Isoflavon memiliki bentuk aglikon, glikosida, malonil glikosida dan asetil glikosida. Aktivitas hambatan tirosinase isoflavon aglikon (genistein, daidzein dan glisitein) lebih besar daripada isoflavon glikosida (genistin, daidzin dan glisitin). Salah satu usaha untuk mendapatkan senyawa isoflavon aglikon yang lebih besar adalah dengan cara fermentasi. Fermentasi merupakan suatu proses terjadinya perubahan kimia pada suatu substrat organik melalui aktivitas enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh fermentasi kedelai menggunakan Aspergillus oryzae terhadap kadar genistein dan aktivitas hambatan tirosinase. Tahap awal yang dilakukan dalam penelitian ini adalah preparasi sampel yang terdiri dari kedelai non-fermentasi dan terfermentasi hari ke-1,2,3, dan 4. Kemudian dilakukan pengukuran kadar genistein menggunakan metode KLT-densitometri dan aktivitas hambatan tirosinase menggunakan spektrofotometri. Hasil penetapan kadar genistein menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kadar genistein selama proses fermentasi. Kadar genistein ekstrak kedelai meningkat 6,98; 17,89; 27,91; dan 1,15 kali selama fermentasi hari ke- 1, 2, 3, dan 4 dibandingkan kadar genistein ekstrak kedelai non-fermentasi. Hasil uji aktivitas hambatan tirosinase menunjukkan terjadi peningkatan aktivitas yang ditandai dengan menurunnya nilai IC50 pada kedelai terfermentasi hari ke-1, 2 dan 3. Nilai IC50 ekstrak kedelai non-fermentasi dan terfermentasi hari ke- 1,2,3, dan 4 secara berurutan sebesar 292 ± 8,464; 287,76 ± 5,834; 239,36 ± 9,681; 180,153 ± 2,846; dan 288,81 ± 8,69 μg/ml. Nilai penghambatan tirosinase tertinggi dengan nilai IC50 terendah dihasilkan oleh ekstrak kedelai terfermentasi hari ke-3. Jika dibandingkan dengan nilai IC50 genistein sebagai kontrol positif, aktivitas penghambatan tirosinase dari masing-masing ekstrak lebih rendah. Nilai IC50 genistein sebesar 130,31 μg/ml. Hasil analisis statistik uji one-way annova uji post-hoc LSD menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna kadar genistein dan aktivitas hambatan tirosinase pada sampel kedelai fermentasi hari ke-2 dan ke-3 daripada non-fermentasi yang ditunjukkan dengan nilai p < 0,05. Dapat disimpulkan bahwa fermentasi menggunakan A. oryzae dapat meningkatkan kadar genistein dan aktivitas hambatan tirosinase kedelai (Glycine max).en_US
dc.language.isoiden_US
dc.subjectFermentasi Aspergillus oryzaeen_US
dc.subjectPenghambatan Tirosinase Kedelaien_US
dc.titlePengaruh Fermentasi Aspergillus oryzae terhadap Kadar Genistein dan Aktivitas Penghambatan Tirosinase Kedelai (Glycine max) In vitroen_US
dc.typeUndergraduat Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record