PEMBUATAN KOAGULAN TAHU DARI AIR LAUT YANG DIPEKATKAN MELALUI PEMANASAN PADA BEBERAPA TINGKAT KONSENTRASI
Abstract
Pembuatan Koagulan Tahu dari Air Laut yang Dipekatkan Melalui Pemanasan pada
Beberapa Tingkat Konsentrasi; Eva Majidah Nugrahani, 101810301001; 2014: 44
halaman; Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Jember.
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan wilayah laut yang luas. Air laut
banyak mengandung mineral terlarut dan dimanfaatkan oleh banyak orang untuk
pembuatan garam. Rendahnya kualitas garam disebabkan karena masih banyak
pengotor seperti Mg
2+
, Ca
2+
, dan garam-garam lainnya selain NaCl. Beberapa cara
seperti koagulasi maupun elektrolisis dapat dilakukan untuk menghilangkan pengotor
tersebut. Mineral-mineral pengotor yang dipisahkan dapat disebut sebagai sari air laut
(nigari) yang dapat diolah menjadi bahan tambahan makanan dengan nilai jual tinggi.
Nigari (sari air laut) merupakan mineral air laut yang bisa diperoleh dengan cara
pemekatan air laut. Penggunaan sari air laut di Indonesia masih jarang digunakan. Di
Jepang, penggunaan sari air laut ini sudah diaplikasikan sebagai pengawet ikan
maupun sebagai koagulan dalam pembuatan tahu. Pembuatan sari air laut dapat
dilakukan dengan banyak metode seperti dialisis ion exchange, maupun PSS
(Preferential Salt Separation). Penggunaan metode ini untuk skala laboratorium
cukup mahal dan lahan produksi yang dibutuhkan juga cukup luas. Pembuatan sari air
laut yang telah dilakukan dan beredar dipasaran sebagai suplemen dibuat dengan
memanfaatkan sisa air laut dari proses pembuatan garam. Penggunaan metode ini
juga memiliki kelemahan yakni bergantung pada cuaca. Maka dari itu dilakukan
pembuatan sari air laut dengan metode pemanasan sederhana untuk dijadikan sebagai
koagulan alternatif dalam pembuatan tahu.
Pembuatan sari air laut sebagai koagulan di Indonesia masih jarang digunakan.
Hal ini disebabkan karena produsen tahu biasanya menggunakan whey atau asam
cuka sehingga limbah yang dihasilkan mencemari lingkungan karena sifatnya yang
asam. Ini berbeda dengan penggunaan koagulan sari air laut yang dapat menghasilkan
vii
limbah yang bersifat netral. Penggunaan sari air laut sebagai koagulan juga dapat
memberikan tambahan mineral untuk asupan gizi dalam tubuh.
Pembuatan sari air laut dilakukan dengan variasi pemekatan yakni 10; 12,5; 25
dan 50 kali. Hasil pemekatan diuji konsentrasi mineralnya menggunakan AAS.
Mineral yang diuji berupa mineral terbesar dalam air laut yaitu Mg
viii
2+
, dan
K
+
. Hasil analisis menunjukkan bahwa ketiga mineral yakni Mg
, Ca
2+
meningkat seiring dengan meningkatnya pemekatan yang dilakukan. Peningkatan
konsentrasi diakibatkan karena berkurangnya volume pelarut dalam larutan dan masih
banyaknya mineral tersebut yang belum terendapkan sebagai garam. Hal ini berbeda
dengan mineral Ca
2+
yang semakin turun konsentrasinya seiring dengan besarnya
pemekatan. Selain konsentrasi berkurang, jumlah mol dalam larutan juga berkurang
karena telah banyak terbentuk endapan garam Ca
2+
yang memiliki nilai Ksp rendah.
Nilai konsentrasi mineral paling tinggi yakni pemekatan 50 kali ditambahkan
dengan natrium karbonat. Mineral yang terendapkan dengan penambahan natrium
karbonat dilarutkan kembali dengan aquademin dan penambahan asam fosfat. Sari air
laut yang diperoleh dibandingkan dengan hasil pemekatan tanpa penambahan natrium
karbonat yaitu konsentrasi, tekstur dan efisiensi pemakaiannya sebagai koagulan
dalam pembuatan tahu.
Sari air laut yang telah diperoleh, diujikan terhadap 500 mL susu kedelai yang
telah dididihkan. Tekstur yang diperoleh paling bagus didapatkan pada pemekatan 50
kali tanpa penambahan natrium karbonat, namun rasa yang dihasilkan asin. Semakin
banyak penambahan natrium karbonat dalam sari air laut, efisiensi pemakaiannya
semakin sedikit sebagai koagulan. Hal ini disebabkan karena semakin banyak mineral
yang terendapkan. Terbentuknya tahu serta tekstur yang tidak rapuh disebakan karena
adanya proses salting out saat penambahan larutan garam. Garam akan menarik
molekul air yang berfungsi sebagai pelarut pada protein sehingga protein yang
memiliki berat molekul besar akan mengendap akibat adanya gaya gravitasi.
Hasil analisis menunjukkan bahwa penggunaan sari air laut sebagai koagulan
dalam pembuatan tahu paling baik terjadi pemekatan yang tinggi yakni 50 kali
2+
, Na
, Na
+
+
, dan K
+
dengan nilai konsentrasi mineral tertinggi Mg
ix
2+
(1,55 M); Ca
2+
(0,01 M); Na
(4,06
M); dan K
+
(0,17 M) serta memiliki tekstur yang lebih padat namun sari air laut
dengan penambahan natrium karbonat memiliki rasa yang lebih baik. Semakin
banyak penambahan natrium karbonat semakin banyak pula mineral yang diperoleh
sehingga efisiensi pemakaiannya sebagai koagulan semakin baik.