ANALISIS SOAL DALAM BUKU SISWA MATEMATIKA KURIKULUM 2013 UNTUK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA KELAS VII BERDASARKAN DIMENSI KOGNITIF TRENDS INTERNATIONAL MATHEMATICS AND SCIENCE STUDY (TIMSS)
Abstract
Analisis soal dalam buku siswa matematika kurikulum 2013 untuk Sekolah
Menengah Pertama kelas VII berdasarkan dimensi kognitif Trends International
Mathematics And Science Study (TIMSS); Yayuk Kuswanti, 100210101097; 2014;
137 halaman; Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan MIPA
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jember.
Pada tahun 2013, pemerintah meluncurkan kurikulum baru yaitu kurikulum
2013. Dalam kurikulum 2013 dirumuskan secara terpadu kompetensi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang harus dikuasai oleh peserta didik. Salah satu
tujuan diberlakukannya kurikulum 2013 adalah pencapaian anak-anak Indonesia dalam
TIMSS. Pencapaian anak-anak Indonesia yang tidak menggembirakan dalam beberapa
kali laporan yang dikeluarkan TIMSS disebabkan antara lain banyaknya materi uji
yang ditanyakan di TIMSS tidak terdapat dalam kurikulum Indonesia.
Pengembangan Kurikulum 2013 benar-benar dipersiapkan dengan baik oleh
Pemerintah. Hal itu terbukti dalam pegaplikasian Kurikulum 2013, Pemerintah
memberikan sarana yang dapat menunjang terselenggaranya Kurikulum 2013 yaitu
dengan buku siswa. Namun buku siswa tersebut masih membutuhkan penyempurnaan.
Maka dari itu, dibutuhkan analisis soal dalam buku siswa Kurikulum 2013 untuk Siswa
Menengah Pertama kelas VII berdasarkan dimensi kognitif TIMSS untuk mengetahui
kesesuaian soal yang ada dalam buku siswa tersebut terhadap target dimensi kognitif
yang ingin dicapai TIMSS dan tujuan Kurikulum 2013. Hal ini dilakukan untuk
perbaikan pendidikan di Indonesia.
Pada penelitian ini dilakukan analisis terhadap soal uji kompetensi pada buku
siswa matematika kelas VII kurikulum 2013 semester 1 (edisi revisi 2014) berdasarkan
dimensi kognitif TIMSS. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian deskriptif yang didahului dengan pengembangan deskriptor dimensi kognitif
TIMSS. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi dan
metode angket. Metode dokumentasi dilakukan pada saat mengklasifikasikan soal uji
viii
kompetensi dalam buku siswa matematika kurikulum 2013 berdasarkan dimensi
kognitif TIMSS. Metode angket digunakan pada saat validasi deskriptor. Pada
penelitian ini, peneliti bertindak sebagai instrumen utama. Yaitu sebagai perencana,
pelaksana pengumpul data, penganalisis data, penafsir data, dan pelapor hasil
penelitian. Peneliti menggunakan instrumen pendukung berupa lembar validasi
deskriptor, lembar deskriptor dan lembar klasifikasi. Waktu penelitian mulai dari
mengklasifikasi soal dan analisis soal dilakukan pada bulan Agustus hingga Oktober
2014.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada Buku Siswa Matematika
Kurikulum 2013 untuk Sekolah Menengah Pertama kelas VII semester 1 (edisi revisi
2014 ) terdapat 85 soal dan 177 pertanyaan yang tersebar pada uji kompetensi yang
terdapat di tiap pokok bahasan serta uji kompetensi semester 1. Berdasarkan dimensi
kognitif TIMSS soal-soal uji kompetensi pada buku ini mencakup 38,98% domain
pengetahuan (A) yang terbagi atas 2,82 % deskriptor A2 (mengenali); 7,35%
deskriptor A3 (menghitung); 12,43% deskriptor (mengambil); 16,38% deskriptor
(mengklasifikasikan/mengurutkan). 50,85% domain penerapan (B) 25,4% deskriptor
B1 (memilih); 9,6% deskriptor B2 (menunjukkan); 7,35% deskriptor B3
(memodelkan); 0,6% deskriptor B4 (mengimplementasikan); 79% deskriptor B5
(memecahkan masalah rutin). 9,6% domain penalaran (C) yang terbagi atas 3,38%
deskriptor C1 (menganalisis); 4,52% deskriptor C3 (mengintegrasikan/menyatukan);
1,69% deskriptor C4 ( membenarkan). Selain itu terdapat 0,6% lain-lain. Sehingga
soal-soal uji kompetensi dalam buku siswa matematika kurikulum 2013 untuk SMP
kelas VII semester 1 (edisi revisi 2014) didominasi oleh domain penerapan (B).
Hasil tersebut kurang sesuai dengan target dimensi kognitif TIMSS yang harus
dicapai siswa yaitu 35% untuk domain pengetahuan, 40% untuk domain penerapan,
dan 25% untuk domain penalaran. Karena soal yang mencakup domain penalaran
masih sangat sedikit. Sehingga, siswa tidak diberikan tantangan untuk menyelesaikan
permasalahan-permasalahan yang kompleks yang menuntut kreativitas, berpikir kritis
dan analitis dalam menyelesaikan masalah. Padahal kemampuan berfikir kreatif,