PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA SISWA KELAS III SDN AJUNG 01 KALISAT JEMBER TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Abstract
Peningkatan Kemampuan Berbicara melalui Metode Bermain Peran
pada Siswa Kelas III SDN Ajung 01 Kalisat Jember Tahun Pelajaran
2013/2014; Yuniar Rahmayanti; 100210204104; 2014: 62 halaman; Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Jember.
Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau katakata
untuk
mengekspresikan,
menyatakan,
serta
menyampaikan
pikiran,
gagasan,
dan
perasaan.
Berdasarkan hasil observasi awal, masalah yang dapat diidentifikasi dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia adalah masih rendahnya kemampuan siswa
khususnya dalam berbicara. Rendahnya kemampuan siswa khususnya berbicara
dalam sebuah drama siswa kelas III SDN Ajung 01 Kalisat disebabkan oleh beberapa
faktor antara lain: siswa kurang terbiasa dan kurang terlatih untuk berbicara di depan
kelas, siswa tidak memiliki keberanian untuk berbicara didepan kelas, kurang adanya
ekspresi dan kepercayaan diri terhadap siswa saat tampil di depan kelas, Selain itu
banyaknya guru dalam penyampaian materi pembelajaran khususnya tentang materi
bercerita cenderung monoton dan kaku seolah-olah guru adalah sumber materi.
Pemecahan masalah yang dapat membantu yaitu dengan menggunakan metode
bermain peran, karena dengan cara metode Bermain Peran dapat meningkatkan
kemampuan aktivitas siswa selain itu dengan metode Bermain Peran akan membuat
siswa lebih meningkatkan percaya diri dan semangat dalam pembelajaran.
Berdasarkan permasalahan di atas, untuk rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah: 1)
ix
siswa kelas III SDN Ajung 01 Kalisat; dan 2)
Pengambilan data dalam penelitian ini, dilaksanakan di SDN Ajung 01 Kalisat
Jember, dimulai pada 26 Mei 2014 sampai 31 Mei 2014. Subyek penelitian adalah
siswa kelas III SDN Ajung 01 Kalisat Jember.
Penerapan metode Bermain Peran pada siklus I belum maksimal, dikarenakan
guru kurang mampu mengkondisikan kelas, sebagian siswa masih kurang terbiasa
akan metode Bermain Peran, kurang percaya diri dan kurang memahami aspek-aspek
berbicara. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pada tahap prasiklus siswa
yang tuntas dengan nilai
≥70 sebanyak 8
siswa dengan persentase 16,0%, sedangkan
siswa mendapatkan nilai
≤ 70 sebanyak 42 siswa dengan persentase 84,0%.
Pada
tahap siklus I siswa yang tuntas dengan nilai
≥70 sebanyak 11 siswa dengan siswa
yang tuntas dengan nilai
≥70 sebanyak 8 siswa, sedangkan siswa mendapatkan nilai ≤
70 sebanyak 42 siswa dengan persentase 84,0%. persentase 22,0%, sedangkan siswa
mendapatkan nilai
≤ 70 sebanyak 39 siswa dengan persenta
se 68,0%. Pada tahap
siklus II juga mengalami peningkatan siswa yang tuntas dengan nilai
≥70 sebanyak
50 dengan persentasi 100%, sedangkan siswa mendapatkan nilai
≤ 70 sebanyak 0
dengan persentase 0% siswa dengan persentase 84,0%. yaitu rata-rata nilai siswa
mendapatkan peningkatan siswa yang mendapatkan nilai diatas KKM sebanyak 50
siswa dengan persensi 100% dan yang mendapat nilai kurang dari KKM sebanyak 0
siswa dengan persensi 0%. Disarankan agar guru kelas dapat menerapkan
pembelajaran dengan metode bermain peran pada pelajaran Bahasa Indonesia,
khususnya dalam aspek berbicara agar pembelajaran yang diberikan dapat bervariasi
dan dapat meningkatkan kemampuan serta menumbuhkan minat berbicara siswa.