FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUALITAS TIDUR YANG BURUK PADA LANSIA DI DESA WONOJATI KECAMATAN JENGGAWAH KABUPATEN JEMBER
Abstract
Tidur adalah keadaan saat terjadinya proses pemulihan bagi tubuh dan
otak serta sangat penting terhadap pencapaian kesehatan yang optimal. Adanya
proses penuaan membuat lansia lebih mudah mengalami gangguan tidur, selain
mengakibatkan perubahan normal pada pola tidur dan istirahat lansia. Gejala
penting dari gangguan tidur pada lansia adalah kualitas tidur yang buruk. Faktorfaktor
yang mempengaruhi kualitas tidur yang buruk pada lansia yaitu usia,
respon terhadap penyakit, tingkat depresi, tingkat kecemasan, lingkungan fisik,
dan gaya hidup. Hasil studi pendahuluan didapatkan bahwa 16 dari 20 lansia
mengeluhkan seringkali terbangun di malam hari, merasa kesulitan untuk kembali
tidur, seringkali mengantuk di siang hari, terbangun karena ingin buang air kecil,
serta terbangun karena merasakan lingkungan yang panas. Fenomena tersebut
dapat ditemukan di Desa Wonojati Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember.
Tujuan penelitian adalah menganalisa faktor–faktor yang berhubungan
dengan kualitas tidur yang buruk pada lansia di Desa Wonojati Kecamatan
Jenggawah Kabupaten Jember. Desain penelitian adalah observasional analitik
dengan pendekatan cross sectional. Populasi adalah lansia di Desa Wonojati
Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember yaitu 85 orang. Teknik sampling yang
digunakan adalah multistage random sampling. Besar sampel dalam penelitian ini
adalah 49 orang. Penelitian dilakukan di Desa Wonojati dengan teknik
wawancara. Alat pengumpulan data berupa kuesioner digunakan sebagai pedoman
wawancara sehingga data yang diperoleh adalah data primer. Uji validitas dan
reliabilitas menggunakan Pearson Product Moment dan uji Alpha Cronbach.
Hasil penelitian mendapatkan bahwa usia lansia sebesar 61,2% dari
kelompok lansia dini (55-64 tahun), respon terhadap penyakit lansia sebesar
61,2% termasuk dalam kategori sakit, tingkat depresi lansia sebesar 53,1%
termasuk dalam kategori depresi ringan, tingkat kecemasan lansia sebesar 61,2%
termasuk dalam kategori tidak cemas, lingkungan fisik lansia merata pada setiap
kategori (lingkungan fisik baik 51% dan lingkungan fisik kurang 49%), dan gaya
hidup lansia sebesar 57,1% termasuk dalam kategori gaya hidup baik. Rata-rata
kualitas tidur yang buruk pada lansia adalah 9,88.
Perhitungan uji statistik dengan menggunakan uji ANOVA dengan alpha
0,05 didapatkan faktor usia dengan p value = 0,506, sehingga dapat disimpulkan
bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata kualitas tidur yang buruk berdasarkan
usia. Hasil perhitungan menggunakan uji t independen dengan alpha 0,05
didapatkan faktor respon terhadap penyakit dengan p value = 0,0005, faktor
tingkat depresi dengan p value = 0,0005, faktor tingkat kecemasan dengan p value
= 0,0005, faktor lingkungan fisik dengan p value = 0,001, dan faktor gaya hidup
dengan p value = 0,0005. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
rata-rata kualitas tidur yang buruk berdasarkan respon terhadap penyakit, tingkat
depresi, tingkat kecemasan, lingkungan fisik, dan gaya hidup lansia. Saran yang
dapat diberikan adalah pengkajian kualitas tidur sebaiknya ada dalam kartu
menuju sehat (KMS) lansia sehingga permasalahan kualitas tidur yang buruk yang
merupakan gejala gangguan tidur pada lansia dapat diketahui dan ditangani lebih
dini.
Collections
- UT-Faculty of Nursing [1531]