Show simple item record

dc.contributor.authorIrwina Angelia Silvanasari
dc.date.accessioned2013-12-03T09:58:02Z
dc.date.available2013-12-03T09:58:02Z
dc.date.issued2013-12-03
dc.identifier.nimNIM082310101052
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/3229
dc.description.abstractTidur adalah keadaan saat terjadinya proses pemulihan bagi tubuh dan otak serta sangat penting terhadap pencapaian kesehatan yang optimal. Adanya proses penuaan membuat lansia lebih mudah mengalami gangguan tidur, selain mengakibatkan perubahan normal pada pola tidur dan istirahat lansia. Gejala penting dari gangguan tidur pada lansia adalah kualitas tidur yang buruk. Faktorfaktor yang mempengaruhi kualitas tidur yang buruk pada lansia yaitu usia, respon terhadap penyakit, tingkat depresi, tingkat kecemasan, lingkungan fisik, dan gaya hidup. Hasil studi pendahuluan didapatkan bahwa 16 dari 20 lansia mengeluhkan seringkali terbangun di malam hari, merasa kesulitan untuk kembali tidur, seringkali mengantuk di siang hari, terbangun karena ingin buang air kecil, serta terbangun karena merasakan lingkungan yang panas. Fenomena tersebut dapat ditemukan di Desa Wonojati Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember. Tujuan penelitian adalah menganalisa faktor–faktor yang berhubungan dengan kualitas tidur yang buruk pada lansia di Desa Wonojati Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember. Desain penelitian adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi adalah lansia di Desa Wonojati Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember yaitu 85 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah multistage random sampling. Besar sampel dalam penelitian ini adalah 49 orang. Penelitian dilakukan di Desa Wonojati dengan teknik wawancara. Alat pengumpulan data berupa kuesioner digunakan sebagai pedoman wawancara sehingga data yang diperoleh adalah data primer. Uji validitas dan reliabilitas menggunakan Pearson Product Moment dan uji Alpha Cronbach. Hasil penelitian mendapatkan bahwa usia lansia sebesar 61,2% dari kelompok lansia dini (55-64 tahun), respon terhadap penyakit lansia sebesar 61,2% termasuk dalam kategori sakit, tingkat depresi lansia sebesar 53,1% termasuk dalam kategori depresi ringan, tingkat kecemasan lansia sebesar 61,2% termasuk dalam kategori tidak cemas, lingkungan fisik lansia merata pada setiap kategori (lingkungan fisik baik 51% dan lingkungan fisik kurang 49%), dan gaya hidup lansia sebesar 57,1% termasuk dalam kategori gaya hidup baik. Rata-rata kualitas tidur yang buruk pada lansia adalah 9,88. Perhitungan uji statistik dengan menggunakan uji ANOVA dengan alpha 0,05 didapatkan faktor usia dengan p value = 0,506, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata kualitas tidur yang buruk berdasarkan usia. Hasil perhitungan menggunakan uji t independen dengan alpha 0,05 didapatkan faktor respon terhadap penyakit dengan p value = 0,0005, faktor tingkat depresi dengan p value = 0,0005, faktor tingkat kecemasan dengan p value = 0,0005, faktor lingkungan fisik dengan p value = 0,001, dan faktor gaya hidup dengan p value = 0,0005. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata kualitas tidur yang buruk berdasarkan respon terhadap penyakit, tingkat depresi, tingkat kecemasan, lingkungan fisik, dan gaya hidup lansia. Saran yang dapat diberikan adalah pengkajian kualitas tidur sebaiknya ada dalam kartu menuju sehat (KMS) lansia sehingga permasalahan kualitas tidur yang buruk yang merupakan gejala gangguan tidur pada lansia dapat diketahui dan ditangani lebih dini.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries082310101052;
dc.subjectKUALITAS TIDUR YANG BURUK PADA LANSIA DI DESA WONOJATI KECAMATAN JENGGAWAH KABUPATEN JEMBERen_US
dc.titleFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUALITAS TIDUR YANG BURUK PADA LANSIA DI DESA WONOJATI KECAMATAN JENGGAWAH KABUPATEN JEMBERen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record