PENGARUH HORMON PROGESTERON TERHADAP KADAR ESTRADIOL DAN HISTOLOGI UTERUS MENCIT (Mus musculus) SERTA PEMANFAATANNYA DALAM PENYUSUNAN BUKU SUPLEMEN KONSEP SISTEM REPRODUKSI DI SMA
Abstract
Pengaruh Hormon Progesteron terhadap Kadar Estradiol dan Histologi Ute rus
Mencit (mus musculus) Betina serta Pemanfaatannya dalam Penyusunan Buku
Suplemen Konsep Sistem Reproduksi di SMA; Khoirul Anam, 080210103031;
2012: 127 halaman; Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember.
Menurut data BKKBN (2011), peserta KB baru secara nasional pada bulan
September 2011 sebanyak 840.422 peserta. Apabila dilihat premix kontrasepsi maka
persentasenya adalah sebagai berikut: 60.979 peserta Intra-Uterine Device (IUD)
(7,26%), 9.185 peserta Metode Operasi Wanita (MOW) (1,09%), 1.959 peserta
Metode Operasi Pria (MOP) (0,23%), 69.960 peserta Kondom (8,32%), 54.306
peserta Implant (6,46%), 406.602 peserta Suntikan (48,38%), dan 237.431 peserta Pil
(28,25%). Berdasarkan data tersebut penggunaan pil KB menduduki posisi kedua
setelah metode kontrasepsi suntikan, dengan kata lain metode kontrasepsi oral / pil
KB banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia. Dalam kehidupan di masyarakat
masih kurang pengetahuan masyarakat tentang gambaran secara jelas bagaimana
kondisi uterus setelah melakukan program KB, sehingga diperlukan media yang
relevan dan secara jelas dapat menggambarkan kondisi uterus setelah melakukan
program KB. Media yang tepat untuk menggambarkan kondisi uterus setelah
melakukan program KB yaitu preparat histologi yang menunjukkan adanya pengaruh
hormon terhadap organ tersebut.
Hormon yang terdapat dalm pil KB salah satunya adalah progesteron.
Hormon progesteron mempunyai efek kontraseptif yang baik jika diinduksikan ke
dalam tubuh dengan dosis tertentu dan dalam waktu yang lama. Progesteron akan
mencegah terjadinya ovulasi dengan mempengaruhi pola pertumbuhan endometrium,
mencegah terjadinya implantasi pada rahim dan memberikan kondisi lingkungan
yang tidak baik bagi sperma di dalam tubuh wanita dengan mengentalkan lendir di
dalam vagina.
viii
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tebal endometrium dan
kadar estradiol mencit (Mus musculus) betina setelah diinduksi dengan hormon
progesteron yang terdapat dalm pil KB, untuk menguji adanya pengaruh siklus estrus
terhadap kondisi histologis uterus mencit (Mus musculus) betina setelah pemberian
hormon progesteron dalam pil KB dan untuk mengetahui dapat tidaknya hasil dari
penelitian “Pemberian Hormon Progesteron terhadap Kadar Estradiol dan Histologi
Uterus Mencit (Mus musculus)” dijadikan sebagai salah satu buku suplemen konsep
sistem reproduksi di SMA. Data hasil penelitian yang telah diperoleh dianalisis
dengan Uji t (independent samples t-test), Uji Anova dan Uji validasi di tiga SMA
negeri diKabupaten Jember.
Penelitian ini menggunakan pil kontrasepsi oral kombinasi merk dagang Diane-
35 sebagai hormon progesteron sintetik yang diinduksikan ke dalam mencit betina
(Mus musculus) Strain Balb-C dengan dosis 0,26 mg yang dilarutkan dalam aquades
0,5 ml secara gavage. Adapun sebagai pembanding, digunakan mencit betina (Mus
musculus) Strain Balb-C yang diinduksi aquades 0,5 ml secara gavage.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa perlakuan progesteron
memberikan perbedaan rerata yang sangat signifikan (p = 0,000) terhadap kadar
estradiol dan tebal endometrium, dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada
perbedaan yang sangat nyata antara perlakuan kontrol dan progesteron. Berdasarkan
hasil penelitian diketahui bahwa tidak ada perbedaan yang nyata kadar estradiol
antara perlakuan kontrol dan perlakuan progesteron (p = 0,084). Maka H1 yang
menyatakan bahwa Progesteron berpengaruh terhadap kadar estradiol mencit tidak
terbukti/ditolak. Jadi, hipotesis penelitian yang berbunyi terdapat perbedaan kadar
estradiol antara perlakuan kontrol dengan perlakuan progesterone yang diinduksi
progesterone dalam pil KB ditolak. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ada
perbedaan yang sangat nyata tebal endometrium antara perlakuan kontrol dan
perlakuan progesteron (P = 0,004). Maka H1 yang menyatakan bahwa Progesteron
berpengaruh terhadap kadar estradiol dan tebal endometrium mencit diterima. Jadi,
hipotesis penelitian yang berbunyi terdapat perbedaan tebal endometrium antara
ix
perlakuan kontrol dengan perlakuan progesterone yang diinduksi progesterone dalam
pil KB diterima.
Berdasarkan hasil penelitian ketebalan endometrium antara perlakuan kontrol
dengan perlakuan progesteron tiap fasenya terdapat perbedaan, dimana pada fase
diestrus ketebalan endometrium perlakuan progesteron lebih tebal dari pada
perlakuan kontrol (0,2400 mm>0,1733 mm), pada fase proestrus ketebalan
endometrium perlakuan progesteron lebih tebal dari pada perlakuan kontrol (0,2100
mm>0,2067 mm), pada fase estrus ketebalan endometrium perlakuan progesteron
lebih tebal dari pada perlakuan kontrol (0,2500 mm>0,2067 mm), pada fase metestrus
ketebalan endometrium perlakuan progesteron lebih tebal dari pada perlakuan kontrol
(0,2300 mm>0,2267 mm). Jadi, rerata tebal endometrium perlakuan progesterone tiap
fase siklusnya lebih besar dari pada rerata tebal endometrium perlakuan kontrol tiap
fase siklus estrusnya.
Kesimpulannya adalah pemberian hormon progesteron yang terdapat di dalam
pil KB memberikan pengaruh terhadap kondisi histologi uterus (tebal endometrium)
dan kadar estradiol mencit (Mus musculus). Pemberian hormon progesteron juga
mempengaruhi siklus estrus mencit (Mus musculus) yang diakibatkan oleh kondisi
endometrium setelah diinduksi pil KB.