Optimasi Proses Compression Molding Dalam Pembuatan Edible Film Dengan Menggunakan Sistem Respon Permukaan
Abstract
Bahan makanan pada umumnya mudah mengalami penurunan kualitas karena faktor lingkungan, kimia, biokimia, dan mikrobiologi. Penurunan kualitas tersebut dapat dipercepat dengan adanya oksigen, air, cahaya, dan panas. Salah satu cara untuk  mencegah  atau  memperlambat  penurunan  kualitas  tersebut  dengan  cara pelapisan menggunakan edible film. Edible film adalah salah satu jenis pelapis yang ramah  lingkungan  bahkan  dapat  langsung  dikonsumsi  bersama  pangan  yang dikemasnya karena terbuat dari bahan pangan alami tertentu. 
Pada  umumnya  proses  pembuatan  edible  film  dilakukan  dengan 
metode solvent casting (Bradenburg et al., 1993; Gennadios et al., 1993). Metode ini 
tidak memungkinkan dilakukan pada produksi dalam skala besar dan kontinyu karena 
membutuhkan ruang, waktu dan jumlah tenaga kerja yang banyak. Oleh karena itu 
diperlukan metode lain yang dapat mengatasi kelemahan metode solvent casting. 
Metode tersebut merupakan proses thermal, misalnya compression molding. Menurut 
Lindriati (2009) metode compression molding juga memiliki kelemahan karena 
membutuhkan  waktu  yang lama untuk aging (kurang lebih seminggu).  Untuk 
mempersingkat  waktu  aging  diperlukan  proses  ekstrusi.  Beberapa  faktor  yang 
berperanan dalam proses compression molding adalah waktu kompresi, besarnya 
tekanan kompresi dan suhu kompresi (Sothornvit et al., 2003). Untuk memperoleh 
edible film dengan kadar air, Aw dan kelarutan rendah belum diketahui perpaduan 
yang tepat dari tiga faktor tersebut dalam pembuatan edible film, sehingga perlu 
diteliti. 
Tujuan penelitian untuk menentukan kondisi operasi yang optimum (tekanan, suhu dan waktu kompresi) pada pembuatan edible film dengan teknik Compression Molding sehingga dihasilkan edible film dengan kadar air, aktivitas air (Aw), dan kelarutan yang rendah. 
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Rekayasa Proses Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember dan Laboratorium Produksi, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Jember pada bulan Februari 2010 hingga Juni 2010. Penelitian menggunakan isolat protein kedelai (ISP), tapioka, gliserol, aquadest, garam NaCl, BaCl2, Potassium dikromat, dan KCl. Parameter pengamatan yaitu kadar air, aktivitas air (Aw) dan kelarutan. Rancangan penelitian menggunakan Sistem Respon Permukaan (RSM) berdasarkan rancangan Box-Behnken dengan k=3. 
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi parameter compression molding yang meliputi suhu, tekanan dan waktu kompresi berpengaruh terhadap kadar air, aktivitas air maupun kelarutan edible film. Kondisi operasi yang optimum pada suhu 1500C, tekanan 1,1 MPa dan waktu kompresi 9 menit. Edible film yang dihasilkan mempunyai kadar air 16,9% ; Aw 0,56 ; dan kelarutan 35,95%