WACANA HUMOR PADA TUTURAN TOKOH FATHIYAH DAN PRINSIP KERJASAMA DENGAN TOKOH LAIN DALAM SINETRON “DIA ANAKKU” DI INDOSIAR
Abstract
Wacana Humor pada Tuturan Tokoh Fathiyah dan Prinsip Kerjasama dengan Tokoh
lain dalam Sinetron “Dia Anakku” di Indosiar disusun secara logis oleh penulis dengan
menggunakan analisis wacana dan pragmatik. Sinetron ini merupakan satu-satunya sinetron
unik dan berbeda dari sinetron lain karena dalam sinetron tersebut terdapat tokoh cerita
bernama Fathiyah dengan ciri khas berbicara yang dibolak-balik sehingga mitra tutur dalam
sinetron tersebut tidak memahami tuturan Fathiyah. Tuturan Fathiyah tersebut menimbulkan
kelucuan bagi penonton. Ketika tokoh Fathiyah dengan tuturan yang dibolak-balik tersebut
berkomunikasi kepada tokoh lain, maka diperlukan adanya prinsip kerjasama yang harus
dilakukan penutur dan mitra tutur agar proses komunikasi berjalan lancar. Oleh karena itu,
rumusan masalah adalah (1) bagaimanakah struktur tuturan tokoh Fathiyah yang
memanfaatkan aspek linguistik sehingga membentuk kelucuan? dan (2) bagaimanakah
prinsip kerjasama tuturan tokoh Fathiyah dengan tokoh lain? Tujuan penelitian adalah
mendeskripsikan (1) struktur tuturan tokoh Fathiyah yang memanfaatkan aspek linguistik
sehingga membentuk kelucuan, dan (2) prinsip kerjasama tuturan tokoh Fathiyah dengan
tokoh lain.
Tinjauan pustaka meliputi (1) wacana, (2) humor, (3) pengertian struktur bahasa, (4)
urutan kata dalam tuturan, (5) struktur modus tuturan, (6) pragmatik, (7) tindak tutur, (8)
prinsip kerjasama, dan (9) deskripsi tokoh pemain.
Jenis penelitian adalah deskriptif. Sumber data adalah sinetron “Dia Anakku” di
Indosiar, sedangkan data adalah tuturan Fathiyah dan tokoh lain dalam sinetron “Dia Anakku”
di Indosiar. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik dokumentasi, sedangkan analisis data
menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Instrumen penelitian berupa tabel pemandu pengumpul
data dan tabel pemandu analisis data. Prosedur penelitian meliputi tiga tahap yaitu (1)
persiapan; (2) pelaksanaan; dan (3) penyelesaian. Hasil dan pembahasan yaitu pertama, struktur tuturan tokoh Fathiyah yang
memanfaatkan aspek linguistik untuk membentuk kelucuan antara lain: (a) struktur urutan kata
dalam frasa meliputi: penempatan unsur tambahan, penempatan negasi, pengulangan kata,
kesalahan urutan kata panggilan, dan (pengurutan kata bilangan.dan (b) struktur pada modus
tuturan meliputi penempatan objek di depan predikat, pemborosan kata, subjek kalimat
merupakan tujuan dari perbuatan dalam jenis-jenis kalimat deklaratif, pembalikan kata tanya
dalam kalimat interogatif, penggunaan ciri-ciri kata perintah dalam jenis-jenis kalimat imperatif,
pengungkapan rasa kagum dalam kalimat eksklamatif, penggunaan kata sambung dalam kalimat
empatik, dan penggabungan beberapa modus; serta kedua prinsip kerjasama tuturan tokoh
Fathiyah dengan tokoh lain, antara lain: (a) maksim kuantitas, (b) kualitas, (c) relevansi, dan
(d) pelaksanaan atau cara.
Kesimpulan meliputi pertama, (a) struktur urutan kata dalam frasa meliputi penempatan
unsur tambahan dalam frasa verbal dan adjektival, penempatan negasi dalam frasa verbal,
adjektival, dan nominal, pengulangan kata dalam frasa verbal dan pronominal, kesalahan urutan
kata panggilan dalam frasa nominal, dan pengurutan kata bilangan dalam frasa numeralia, dan (b)
struktur pada modus tuturan meliputi penempatan objek di depan predikat, pemborosan kata,
subjek kalimat merupakan tujuan dari perbuatan dalam jenis-jenis kalimat deklaratif, pembalikan
kata tanya dalam kalimat interogatif, penggunaan ciri-ciri kata perintah dalam jenis-jenis kalimat
imperatif, pengungkapan rasa kagum dalam kalimat eksklamatif, penggunaan kata sambung
dalam kalimat empatik, dan penggabungan beberapa modus; serta kedua, prinsip kerjasama
tuturan tokoh Fathiyah dengan tokoh lain meliputi pelanggaran dan kepatuhan terhadap (a)
maksim kuantitas, (b) kualitas, (c) relevansi, dan (d) pelaksanaan atau cara.
Dengan demikian, saran meliputi (a) bagi mahasiswa PBSI di perguruan tinggi,
dapat dijadikan untuk menambah wawasan pengetahuan dan sebagai bahan diskusi terutama
pada mata kuliah berbicara, wacana, dan pragmatik, (b) bagi guru bahasa Indonesia, dapat
dijadikan sebagai acuan untuk bahan materi keterampilan berbicara khususnya pada tingkat
SMA kelas X semester 1 dalam standart kompetensi: mengungkapkan pikiran, perasaan, dan
informasi melalui kegiatan berkenalan, berdiskusi, dan bercerita, dan (c) bagi peneliti lain,
dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan untuk mengadakan penelitian yang sejenis dalam
ruang lingkup yang lebih luas pada kajian wacana dan pragmatik selanjutnya.