Penerapan Model Pembelajaran Problem Posing tipe Pre Solution Posing Dalam Kelompok Kecil Pokok Bahasan Bilangan Bulat pada Kelas VII Semester Ganjil MTs Negeri Banyuwangi II Tahun Ajaran 2011/ 2012
Abstract
Pelaksanaan pembelajaran oleh guru pada umumnya masih mendominasi
sehingga siswa hanya menerima materi pelajaran secara pasif. Oleh sebab itu,
pendidikan saat ini hendaknya didasarkan pada tingkat kualitas dan kemampuan
para guru dalam menggunakan berbagai metode pembelajaran untuk menghadapi
permasalahan dalam bidang pendidikan. Salah satu bentuk pengembangan
pembelajaran matematika yang memberikan kesempatan bagi siswa untuk
berpartisipasi aktif adalah model pembelajaran problem posing tipe pre solution
posing dalam kelompok kecil. Dalam model pembelajaran problem posing tipe
pre solution posing dalam kelompok kecil, Siswa membuat pertanyaan dan
jawaban berdasarkan pernyataan yang dibuat oleh guru. Tipe ini sangat cocok
digunakan untuk siswa yang kurang cerdas. Problem Posing Tipe Pre Solution
Posing merupakan salah satu model pembelajaran yang melibatkan siswa secara
aktif dalam proses kegiatan belajar mengajar. Model pembelajaran ini
mewajibkan para siswa untuk membuat pertanyaan dan jawaban sendiri
berdasarkan soal (pernyataan) yang diberikan guru. Penelitian dilakukan bertujuan
untuk mengetahui penerapan pembelajaran problem posing tipe pre solution
posing dalam kelompok kecil, mengetahui aktivitas siswa dan hasil belajar siswa.
Subjek penelitian adalah siswa kelas VIIC MTs Negeri Banyuwangi II
tahun ajaran 2011/ 2012 yang berjumlah 45 siswa dengan rincian 21 siswa lakilaki
dan
24
siswa
perempuan. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah
observasi, wawancara, tes, dokumentasi dan pemberian tugas. Penelitian ini
dilaksanakan dari tanggal 18 Juli hingga 28 Juli 2011. Pelaksanaan siklus I
sebanyak 2 kali pembelajaran dan siklus II juga sebanyak 2 kali pembelajaran.
vii
viii
Pelaksanaan siklus II mengalami peningkatan dibandingkan pelaksaanan siklus I.
Hal itu karena pada siklus I ketuntasan belajar siswa mencapai 85% dan pada
siklus II dilakukan perbaikan-perbaikan yaitu peneliti lebih aktif dalam
membimbing siswa dalam membuat pertanyaan dan memberikan penekanan
penekan pada konsep-konsep materi pembelajaran serta lebih dekat dengan siswa
yang mampu menunjang ketuntasan hasil belajar siswa yaitu ketuntasan hasil
belajar siswa mencapai 93,3%. Analisis data yang digunakan adalah deskriptif
kualitatif berupa hasil observasi aktivitas siswa dan guru sedangkan data
kuantitatif berupa nilai dari penilaian portofolio (LKS, PR), tes akhir siklus (kuis),
juga data numerik dari observasi aktivitas siswa.
Hasil yang diperoleh dari pembelajaran yang telah dilakukan menunjukkan
aktivitas siswa cenderung mengalami peningkatan. Selama empat kali
pembelajaran, aktivitas siswa dinilai sebanyak dua kali yaitu pada setiap akhir
siklus. berdasarkan kriteria penilaian keaktifan siswa pada tabel 3.1. pada siklus I
aktivitas presentasi hasil kelompok siswa tergolong kurang aktif, siswa
mengajukan pertanyaan tergolong cukup aktif, keaktifan siswa dalam kelompok
dan membuat kesimpulan tergolong aktif dan perhatian siswa terhadap pelajaran
tergolong sangat aktif. Kemudian pada siklus II, kriteria aktivitas siswa
mengajukan soal dan membuat kesimpulan berhasil mengalami peningkatan
menjadi aktif, dan presentasi hasil kelompok siswa menjadi cukup aktif. Sehingga
dapat disimpulkan, aktivitas pada siklus II mengalami peningkatan. Peningkatan
ini disebabkan karena pada siklus II telah dilakukan perbaikan-perbaikan tentang
hal-hal yang kurang pada siklus I.