Analisis Tingkat Bahaya Erosi pada Sub DAS Biting, Arjasa, dan Baratan Kecil Kabupaten Jember
Abstract
Di Kabupaten Jember terdapat 16 daerah aliran sungai (DAS) yang masing-masing
DAS memiliki Sub DAS serta anak-anak sungainya mengairi lahan-lahan
pertanian di sekitarnya. Sub DAS Biting, Arjasa dan Baratan Kecil merupakan
bagian dari DAS Bedadung. Beberapa tahun terakhir pada saat musim penghujan
sering terjadi banjir dan tanah longsor pada wilayah-wilayah tertentu. Salah satu
faktor penyebabnya adalah pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dan vegetasi
tanaman ditebang, sehingga resapan air berkurang menyebabkan erosi dan
peningkatan sedimentasi di aliran sungai. Oleh karena itu perlu adanya penelitian
untuk mengetahui besarnya erosi pada lokasi studi. Metode USLE (Universal Soil
Loss Equation) merupakan salah satu metode untuk memprediksi besarnya erosi
dengan salah satu parameter yang digunakan adalah erodibilitas tanah (K).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya tingkat bahaya erosi (TBE)
berdasarkan nilai erodibilitas tanah berdasarkan sifat tanah pada lapang saat ini
(K1) dan sifat tanah berdasarkan peta tanah tahun 1960 (K2). Data input untuk
penelitian ini adalah peta digital dan peta hasil pengukuran sifat tanah di lapang.
Input data berdasarkan peta digital antara lain layer data hujan dari tahun 2004
sampai 2014, peta jenis tanah tahun 1960 dan peta berdasarkan pengukuran sifat
tanah dilapang pada tahun 2018, peta tata guna lahan 2014, serta layer data DEM
(Digital Elevation Model). Data tersebut digunakan untuk input data dalam
perhitungan laju erosi berdasarkan metode USLE (Universal Soil Loss Equation)
yang terintegrasi dengan GIS. Hasil penelitian menunjukkan laju erosi di lokasi
studi berdasarkan nilai erodibilitas (K1) dari pengukuran lapang pada berbagai
kondisi penggunaan lahan tahun 2014 menunjukkan hasil yang lebih tinggi
dibandingkan erosi yang dihasilkan denggan penggunaan nilai erodibilitas (K2) dari
peta tanah. Sehingga faktor erodibilitas (K) sangat berpengaruh pada besarnya laju
erosi. Nilai tingkat bahaya erosi (TBE) menunjukkan kecenderungan yang sama
dan berbanding lurus dengan hasil prediksi laju erosi. Pada Sub DAS Biting
diperoleh kondisi tingkat bahaya erosi yang berat dari hasil analisa di lapang dan
kondisi tingkat bahaya erosi yang sedang dengan menggunakan peta tanah. Pada
Sub DAS Arjasa dan Baratan Kecil diperoleh kondisi tingkat bahaya erosi yang
sangat berat dari hasil analisa di lapang dan memiliki tingkat bahaya erosi dalam
kondisi berat dengan menggunakan peta tanah. Dengan demikian tindakan
konservasi perlu dilakukan dilokasi studi. Tindakan konservasi yang dapat
dilakukan pada lahan dengan tingkat bahaya erosi sedang yaitu pemilihan dan
pengaturan pola tanam, penanaman penutup tanah, penggunaan sisa tanaman
sebagai mulsa, pada lahan tingkat bahaya erosi berat dengan cara mengembangkan
usaha tani tanaman tahunan (tanaman perkebunan atau tanaman industri),
sedangkan pada lahan dengan tingkat bahaya erosi sangat berat dapat dilakukan
tindakan reboisasi dengan menggunakan tanaman yang dapat mencegah erosi dan
memiliki umur yang panjang, serta diutamakan tanaman keras yang memiliki nilai
ekonomis yang dapat digunakan baik dari hasil kayunya atau hasil sampingan
seperti buah, getah, akar dan minyak, misalnya pohon kemiri dan pohon cendana.