dc.description.abstract | Pembelajaran sejarah sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013 untuk jenjang SMA menuntut peserta didik untuk berfikir tingkat tinggi meliputi kemampuan menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Berdasarkan hasil observasi KD (Kompetensi Dasar) kelas XI SMA pada mata pelajaran sejarah diketahui bahwa 90% terletak pada ranah kognitif yang tergolong pada tingkatan menganalisis.
Berdasarkan penelitian pendahuluan yang dilakukan di SMAN 3 Jember, SMAN Ambulu, dan SMAN Rambipuji hasil analisis performansi meliputi (1) 70% pendidik hanya menyampaikan tujuan pembelajaran di awal pembelajaran selanjutnya tidak; (2) 75% pendidik tidak mengembangkan materi pembelajaran; (3) 85% metode pembelajaran yang digunakan pendidik yaitu ceramah dan diskusi; (4) 80% media pembelajaran yang digunakan pendidik meliputi ppt dan video; (5) 90% bahan ajar yang digunakan pendidik meliputi LKS dan Buku paket BSE; (6) 95% ketersediaan bahan ajar di sekolah kurang memenuhi kebutuhan peserta didik karena hanya berupa LKS, dan Buku BSE; (7) 90% pendidik menginginkan bahan ajar yang inovatif berbasis teknologi. Berdasarkan hasil analisis performansi diketahui suatu permasalahan yaitu kurangnya bahan ajar yang dapat memfasilitasi peserta didik pada saat pembelajaran.
Oleh karena itu, untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu dikembangkan bahan ajar yang inovatif serta dapat meningkatkan kemampuan berfikir tingkat tinggi peserta didik. Bahan ajar yang dikembangkan yaitu e-modul berbasis Problem Solving untuk meningkatkan High Order Thinking Skill. Permasalahan yang diajukan yaitu (1) bagaimanakah hasil validasi ahli terhadap e-modul berbasis Problem Solving? (2) apakah e-modul berbasis Problem Solving
ix
dapat meningkatkan High Order Thinking Skill (HOTS) peserta didik SMA kelas XI?
Tujuan penelitian dan pengembangan adalah (1) untuk menghasilkan produk berupa e-modul berbasis Problem Solving yang tervalidasi dan layak; (2) untuk meningkatkan High Order Thinking Skill peserta didik pada mata pelajaran sejarah melalui penggunaan e-modul berbasis Problem Solving.
Model pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu model pengembangan 4D. Tahapan dalam model pengembangan 4D ini yaitu define (pendefinisian), design (perancangan), develop (pengembangan), disseminate (penyebaran).
Hasil yang diperoleh melalui validasi ahli meliputi validasi ahli isi bidang studi sebesar 82% dengan kriteria kelayakan “baik”, validasi ahli desain pembelajaran memperoleh sebesar 80% dengan kriteria kelayakan “baik”, dan validasi ahli Bahasa sebesar 84% dengan kriteria kelayakan “baik”. Selanjutnya kegiatan uji coba pengembangan meliputi uji pengguna diperoleh sebesar 83% artinya produk dalam kualifikasi “baik”. Pada uji coba kelompok kecil mengalami peningkatan HOTS sebesar 67,32% dengan kualifikasi “tinggi”. Selanjutnya pada uji coba kelompok besar mengalami peningkatan HOTS sebesar 72,58% dengan kualifikasi “tinggi”.
Demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa (1) e-modul berbasis Problem Solving yang dikembangkan telah tervalidasi dan memperoleh hasil yang baik; (2) mampu meningkatkan High Order Thinking Skill peserta didik pada mata pelajaran sejarah.
Saran pemanfaatan e-modul berbasis Problem Solving adalah pendidik diharapkan mampu menjadi fasilitator yang baik dalam mendukung tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan. | en_US |