dc.description.abstract | Nitrous Oksida atau dinitrogen oksida, N2O dikenal sebagai gas gelak dan
diketahui merupakan oksida nitrogen yang berlimpah di atmosfer. Gas ini
digunakan secara luas sebagai gas anastesi dan analgesik di bidang klinis dan juga
sebagai gas pendorong dalam wadah bertekanan di dunia industri makanan.
Namun akhir-akhir ini telah disadari bahwa peranan gas ini sebagai gas rumah
kaca memiliki potensi untuk merusak lapisan ozon dengan kenaikan sebesar
31%persen pertahun, sehingga usaha minitoring dan pengontrolan konsentrasi
serta laju emisinya menjadi sangat penting. Melihat luasnya aplikasi gas N2O ini,
maka persyaratan alat ukur yang digunakan harus mampu mengukur dalam range
ppb sampai tingkat persen.
Metode analisis N2O yang terpercaya saat ini adalah spektrofotometri
inframerah, kromatografi gas, dan semikonduktor oksida logam juga muncul
sebagai kandidat material sensor untuk deteksi N2O (Kanazawa, et al., 2000,
dalam Siswoyo, et al., 2005), namun telah umum diketahui bahwa sensor jenis ini
memiliki selektifitas yang jelek dan memerlukan tenaga listrik relatif tinggi.
Metode elektroanalisis merupakan suatu metode yang murah, sensitif, dan selektif
terhadap gas N2O, oleh karena itu metode pengembangan sensor N2O yang
bekerja secara voltammetri siklik dengan prinsip mereduksi N2O menggunakan
mikroelektroda platina dan membran PTFE merupakan merupakan suatu metode
yang dapat digunakan.
Permasalahan yang dipelajari dalam penelitian ini dititikberatkan pada
bagaimana: 1) pengaruh variasi konsentrasi elektrolit TBAP dan scan rate
terhadap hasil pengukuran gas N2O secara voltammetri siklik dengan
menggunakan mikroelektroda kerja platina, 2) linear range, limit deteksi dan
sensitivitas sensor gas N2O secara voltammetri siklik menggunakan
vii
8
mikroelektroda kerja platina, 3) selektivitas sensor gas N2O berbasis membran
yang bekerja berdasarkan prinsip voltammetri siklik terhadap gas O2 dan CO2, dan
4) karakteristik hasil pengukuran sensor gas N2O secara elektrokimia dengan
menggunakan mikroelektroda platina terhadap keberadaan gas N2O bila
dibandingkan dengan hasil pengukuran dari sensor infra merah (infrared).
Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik Fakultas MIPA Universitas
Jember..
Variasi konsentrasi elektrolit tetrabutilammoniumperklorat dalam
dimetilsulpoksida (TBAP/DMSO) yang digunakan adalah (0,01; 0,025; 0,05;
0,075; 0,1; 0,15)M. Variasi scan rate yang digunakan yaitu (20; 40; 60; 80; 100;
200)mV/s. Variasi konsentrasi gas N2O-N2 yang digunakan adalah (2,24; 4,04;
9,09; 13,04; 16,67; 20)%. Alat yang digunakan yaitu Potensiostat Amel 433 A
dengan sel elektrokimia yang dilengkapi dengan tiga elektroda yaitu
mikroelektroda kerja platina (Pt) nomer CHI 107 dengan ukuran diameter 10μm,
elektroda pembanding Ag/AgCl dan elektroda pelengkap aurum (Au). Polarisasi
elektroda menggunakan voltammetri siklik pada rentang potensial 0-(-2,8)V.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa respon sensor optimum pada scan
rate 100mV/detik. Sensor N2O bekerja pada daerah kerja konsentrasi gas N2O
sebesar 0%-20% dari campuran N2O-N2 dengan menghasilkan karakterisasi
sensor N2O untuk daerah linier sebesar 0,971; sensitivitas sebesar -0,392nA; limit
deteksi sebesar 2,62%. Selektifitas sensor N2O ini menunjukkan adanya
interferensi dari gas O2 yang muncul pada daerah potensial yang sama dengan
N2O yaitu pada potensial -2000-(-2500)mV. Sensor gas N2O ini tidak dapat
dibandingkan hasil pengukurannya dengan sensor gas infra merah komersial. Hal
ini disebabkan oleh perbedaan kemampuan dalam merespon analit. Sensor gas
infra merah mampu merespon gas N2O pada konsentrasi 0-1%, sedangkan sensor
gas N2O yang bekerja secara voltammetri siklik tidak mampu merespon
konsentrasi N2O di bawah 1%. | en_US |