Ciri-Ciri Linguistik Bahasa Anak Tunagrahita (Studi Kasus Dua Anak di SMP Yima Islamic School Bondowoso
Abstract
Perilaku berbahasa anak berkebutuhan khusus (tunagrahita) menarik dan
perlu diteliti karena perilaku berbahasanya unik. Dikatakan unik karena bahasa
anak tunagrahita berbeda dengan bahasa anak pada umumnya. Anak tunagrahita
adalah anak yang memiliki kekurangan secara intelektual, sehingga penggunaan
bahasanya pun memiliki beberapa kesalahan secara linguistik, baik secara fonologis
maupun sintaksis. Secara fonologis terjadi pada beberapa pengucapan bunyi vokal
maupun bunyi konsonan. Selain itu, penyusunan kalimat yang tidak tepat sehingga
kalimat menjadi tidak efektif dan susah untuk ditangkap oleh lawan tutur.
Penelitian ini merupakan kajian linguistik yang lebih terfokus pada penelitian
fonologis dan sintaksis, karena yang tampak menonjol pada subjek penelitian
adalah ciri-ciri linguistik berupa bunyi bahasa dan frasa maupun kalimat ketika
diucapkannya. Dalam mengucapkan bunyi-bunyi bahasa, mereka tidak
mengucapkan bunyi bahasa seperti halnya anak normal. Demikian pula, dalam
bertutur didapatkan frasa yang tidak sesuai dengan aturan penyusunan frasa pada
dasarnya. Penelitian ini membahas dua permasalahan, yakni; 1) ciri-ciri linguistik
bahasa anak tunagrahita khususnya fonologi dan sintaksis, dan 2) faktor yang
melatarbelakangi munculnya ciri-ciri linguistik bahasa anak tunagrahita.
Data dalam penelitian ini berupa kata dan frasa juga berupa informasi yang
didapatkan dari hasil wawancara dengan orang tua dan guru pendamping siswa.
Peneliti memilih dua subjek sebagai sumber data dalam penelitian ini. Kedua subjek
tersebut memiliki latar belakang kebutuhan yang sama yakni diagnosa sebagai anak
kebutuhan khusus “tunagrahita ringan”, berinisial RH dan ND. Adapun teknik
pengumpulan data dilakukan dengan simak, pancing, dan wawancara (interview).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil analisis ciri-ciri linguistik bahasa
anak tunagrahita secara fonologis, terdapat beberapa bunyi yang tidak dapat
dilafalkan secara sempurna. Kesalahan pelafalan bunyi dari kelompok bunyi-bunyi
tertentu baik vokal maupun konsonan. Untuk itu, dapat disimpulkan bahwa RH
tidak dapat mengucapkan bunyi vokal [a] ketika bunyi tersebut diujarkan dalam
satu kalimat, namun ketika bunyi [a] dilafalkan dengan cara menirukan, maka bunyi
[a] dilafalkan secara tepat. Pada bunyi vokal [e] ND tidak dapat membedakan cara
melafalkan bunyi vokal [ǝ] dan [ɛ] dalam suatu kata. RH dan ND mengalami
permasalahan pada pelafalan bunyi vokal [u] yang letaknya berada di tengah dan
di akhir, kesalahan lainnya yaitu pada pelafalan bunyi vokal [i] yang letaknya
berada setelah bunyi konsonan [L]. Secara konsonan ND dan RH tidak dapat
melafalkan bunyi konsonan [b] tengah, [g] awal, [h] akhir, [l] dihilangkan, [p]
tengah, dan bunyi konsonan [r] yang letaknya berada di awal, tengah, dan akhir.
Secara sintaksis, ND tidak dapat menggunakan struktur yang tepat, sehingga
ujuran yang diungkapkannya pun menjadi tidak jelas dan tidak efektif yang
menyebabkan lawan tutur susah untuk mengerti maksud yang diucapkan oleh ND.
Salah satu contohnya, ND tidak bisa menyusun frasa secara tepat yaitu ND selalu
salah meletakkan posisi kata yang diterangkan dan menerangkan atau pola D-M.
Dengan penggunaan D-M yang salah di dalam frasa, maka maknanya pun tidak
dapat ditangkap secara sempurna, sedangkan RH seringkali menghilangkan kata di
dalam kalimat. Oleh karena itu, kalimatnya menjadi tidak efektif.
Adapun faktor yang melatarbelakangi munculnya ciri-ciri linguistik bahasa
anak tunagrahita disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, ND dan RH sering kali
terjatuh meskipun usia saat jatuh pun berbeda. Kedua, ND mempunyai saudara
yang mengalami kelainan, meskipun bentuk kelainan yang dialami pun berbeda.
Akan tetapi, kemungkinan besar adalah salah satu faktor genetik yang
menyebabkan terjadinya tunagrahita. Sedangkan, yang terjadi pada RH ialah faktor
asupan yang secara tidak sengaja menyebabkan salah satu saraf otak mengalami
kelumpuhan sehingga mengalami tunagrahita dan faktor lain yang memicu RH
terlambat berbicara ialah kurangnya stimulus dari orang tua untuk merangsang anak
melakukan komunikasi.
Collections
- MT-Linguistic [65]