Kesiapsiagaan Tenaga Kesehatan dalam Menghadapi Bencana Banjir di Wilayah Kerja Puskesmas Curahnongko dan Cakru Kabupaten Jember
Abstract
Kejadian bencana di dunia terus meningkat khususnya bencana hidrometerologi, yaitu bencana yang dipengaruhi oleh cuaca seperti banjir. Tahun ke tahun Indonesia mengalami peningkatan bencana dan Jawa Timur khususnya Kabupaten Jember masuk dalam 10 besar kabupaten/kota dengan multi ancaman bencana. Kesiapsiagaan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi krisis kesehatan melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat dan berdaya guna. Belum siap siaganya SDM dalam penanggulangan bencana menjadi salah satu kendala yang sering dijumpai, hal ini karena masih adanya kesan keterlambatan petugas dalam merespon setiap kejadian bencana yang terjadi masyarakat. Seharusnya, tenaga kesehatan tidak hanya berfokus dalam penanganan pasien saja, puskesmas juga melakukan penanganan kepada wilayah yang memerlukan bantuan. Tujuan dari penelitian ini adalah menggambarkan kesiapsiagaan tenaga kesehatan dalam menghadapi bencana banjir di wilayah kerja Puskesmas Curahnongko dan Cakru Kabupaten Jember.
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif, teknik pengumpulan data dengan melakukan wawancara disertai pengisian instrumen kuesioner dan observasi, yang melibatkan 50 tenaga kesehatan sebagai responden. Pengumpulan data menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan mengenai data responden, persepsi kesiapsiagaan tenaga kesehatan, kebijakan terkait bencana, pelatihan, inventaris sumber daya dan tim kesehatan lapangan di puskesmas. Analisis data menggunakan analisis univariat, data hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel dan teks narasi.
Hasil penelitian menunjukkan wilayah kerja Puskesmas Curahnongko dan Puskesmas Cakru berpotensi banjir karena dataran rendah dan merupakan daerah aliran sungai. Persepsi kesiapsiagaan tenaga kesehatan di Puskesmas Curahnongko (88%) dan Puskesmas Cakru (100%) menyatakan telah siap siaga. Kebijakan terkait bencana di Puskesmas Curahnongko sudah sebagian tersedia dan Puskesmas Cakru belum tersedianya kebijakan. Pelatihan kebencanaan di kedua puskesmas (100%) belum siap, karena belum adanya pelatihan mengenai kebencanaan. Perencanaan penyiapan inventaris sumber daya di Puskesmas Curahnongko (81%) dan Puskesmas Cakru (75%) telah siap. Kesiapan tim kesehatan lapangan di Puskesmas Curahnongko (100%) dan Puskesmas Cakru (75%) telah siap siaga.
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah wilayah kerja Puskesmas belum sepenuhnya melakukan kegiatan penanggulangan bencana karena terbatasnya sarana dan prasarana yang tersedia. Persepsi kesiapsiagaan tenaga kesehatan, perencanaan penyiapan inventaris sumber daya dan kesiapan tim kesehatan lapangan di kedua puskesmas dapat dikatakan telah siap siaga dalam menghadapi bencana banjir hanya saja belum memenuhi standar kebutuhan tenaga kesehatan di wilayah kerja puskesmas. Kebijakan mengenai manajemen bencana khususnya bidang kesehatan di Kabupaten Jember masih belum sepenuhnya jelas dan terawasi. Pelatihan kebencanaan untuk bencana banjir yang dilakukan tenaga kesehatan sepenuhnya belum siap, belum adanya pelatihan ataupun simulasi/gladi penanggulangan bencana khususnya bencana banjir menjadi dasar kurang siapsiaganya kedua puskesmas tersebut.
Saran yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah perlu adanya perhatian khusus mengenai manajemen bencana, perlu adanya penambahan tenaga kesehatan sesuai dengan Pedoman Manajemen Sumber Daya Manusia (2006), perlu adanya kebijakan mengenai upaya pengelola program dan pengawasan terhadap penanggulangan bencana mulai dari pra bencana, pada saat bencana dan pasca bencana dan perlu adanya pelatihan, gladi/simulasi, bekerjasama dengan lintas sektor khususnya untuk tenaga kesehatan mengenai manajemen bencana.
Collections
- UT-Faculty of Public Health [2227]