Show simple item record

dc.contributor.advisorPURWOWIBOWO
dc.contributor.authorPUTRA, Ardhy Eka
dc.date.accessioned2020-06-29T01:35:06Z
dc.date.available2020-06-29T01:35:06Z
dc.date.issued2020
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/99404
dc.description.abstractPotensi kekayaan laut Banyuwangi tidak hanya dimanfaatkan nelayan untuk mencari ikan saja namun juga banyak dikembangkan menjadi area wisata. Salah satu area wisata yang berhasil dikembangkan adalah Pantai Bangsring. Pantai Bangsring terletak di Kecamatan Wongsorejo, Kabupaten Banyuwangi. Nelayan Desa Bangsring dalam aktivitas kesehariannya bergantung pada sektor kelautan yaitu mencari ikan konsumsi. Selain itu, nelayan juga menangkap ikan hias untuk dijual sebagai tambahan dalam meningkatkan perekonomiannya. Namun seiring berjalannya waktu, penangkapan ikan hias yang dilakukan nelayan Desa Bangsring dinilai tidak ramah lingkungan, yaitu karena nelayan setempat menggunakan bom, potasium, dan pukat. Sehingga menyebabkan kerusakan terumbu karang dan ekosistem laut. Hal ini menyebabkan ikan-ikan dan kelestarian karang/coral dimana merupakan bagian dari ekosistem dan sekaligus menjadi salah satu aset komunitas nelayan menjadi rusak dan habis sehingga berdampak pada penurunan kesejahteraan nelayan. Melihat kondisi ini seorang inisiator mendirikan Kelompok Nelayan Ikan Hias Samudera Bakti selanjutnya disebut KNIH-SB sejak tahun 2008. Kelompok nelayan ini pada tujuan awalnya berkomitmen untuk mencegah adanya tindakan-tindakan yang merusak ekosistem Pantai Bangsring yang notabene sebagai aset yang telah dimiliki nelayan setempat. KNIH-SB juga memiliki Peraturan Desa (PERDES) yang berisi tentang Pengelolaan Zona Perlindungan Bersama (ZPB) Sumberdaya Laut yang dirumuskan untuk kepentingan melindungi wilayah dan kegiatan konservasi. Kesinambungan kelompok KNIH-SB dalam melakukan kegiatannya dibidang konservasi terumbu karang dijadikan peluang sebagai sebuah wisata yang dikelola oleh Bangsring Underwater (BUNDER). Pengembangan wisata ini bentuk kesinambungan KNIH-SB dan BUNDER dalam mengelola beberapa aset komunitas yang dimiliki oleh kelompok nelayan. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan tentang pengembangan wisata Bangsring yang dilakukan oleh KNIH-SB dalam mengembalikan tingkat kesejahteraan nelayan di Desa Bangsring. Pada proses pengembangan wisata tersebut mereka memanfaatkan dan mengelola aset komunitas berupa aset manusia, fisik, lingkungan, spiritual, finansial, teknologi dan modal sosial. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penentuan informan menggunakan teknik purposive dengan 5 informan pokok dan 5 informan tambahan. Teknik pengumpulan data melalui wawancara semi terstruktur, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis berdasar pada 7 tahapan menurut teknik analisis dari Irawan (2006:78). Pengujian data menggunakan teknik triangulasi sumber. . Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan wisata Pantai Bangsring yang dilakukan oleh KNIH-SB adalah dengan memanfaatkan dan mengolah aset komunitas yang dimiliki oleh kelompok nelayan. Adapun aset yang dimiliki oleh kelompok nelayan tersebut adalah: 1) aset manusia yaitu adalah kelompok nelayan dan masyarakat sekitar pantai; 2) aset lingkungan berupa tanah dan pantai Bangsring; 3) aset fisik berupa rumah apung yang dijadikan sebagai branding icon wisata, serta warung-warung disekitar pantai; 4) aset spiritual yaitu nilai-nilai yang dimiliki oleh masing-masing individu nelayan tentang perspektif menjaga alam; 5) aset teknologi berupa peralatan pendukung yang digunakan untuk menunjang keberadaan wisata seperti speedboat dan kano; 6) aset finansial yaitu kelompok mengelola keuangan dengan berkomitmen membayar iuran dan mengolah dari hasil perputaran wisata, dan 7) aset modal sosial berupa bounding yang dimiliki dalam kelompok, bridging yang dikelola dengan memanfaatkan jaringan personal dengan orang luar dan linking yang dikelola dengan melakukan kerja sama dengan stakeholder terkait. Ke 7 aset tersebut dikelola dengan melalui beberapa tahapan mulai dari tahap persiapan, tahap identifikasi peluang wisata, tahap rencana kegiatan, tahap implementasi, tahap evaluasi, dan tahap regenerasi. Setiap tahapan yang dilalui dalam mengembangkan wisata tersebut kelompok nelayan memanfaatkan ke 7 aset komunitas sehingga memberikan peningkatan secara ekonomi dan berdampak pada kesejahteraan nelayan. Selain itu, dampak lain yang diperoleh adalah ekosistem laut yang membaik, dalam hal ini KNIH-SB meraih penghargaan Kalpataru sebagai penyelamat lingkungan hidup di daerah Banyuwangi.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries130910301024;
dc.subjectPengembangan Wisataen_US
dc.subjectAset Komunitasen_US
dc.subjectKNIH-SBen_US
dc.titlePengembangan Wisata Melalui Pengelolaan Aset Komunitas Oleh Kelompok Nelayan Ikan Hias Samudera Bakti Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Nelayanen_US
dc.typeThesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record