Determinan Kejadian Hipertensi Pada Pra Lansia Dan Lansia Prolanis di Puskesmas Sukowono Kabupaten Jember Tahun 2019
Abstract
World Health Organization (WHO) mendefinisikan hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu kondisi terjadinya peningkatan tekanan dalam pembuluh darah secara terus menerus. Seseorang dikatakan menderita hipertensi ketika tekanan sistolik >140 mmHg dan tekanan diastolik >90 mmHg. Hipertensi merupakan masalah kesehatan besar di seluruh dunia, selain tingginya prevalensi, hipertensi juga berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular. Berdasarkan data 10 masalah kesehatan pra lansia dan lansia di Indonesia, hipertensi menduduki peringkat pertama dengan prevalensi yang terus meningkat pada usia kelompok umur yaitu usia 55-64 tahun (45,9%), usia 65-74 tahun (57,6%) dan usia 75 tahun ke atas (63,8%) (Kemenkes,2016). Di Indonesia, hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, yakni 6,7% dari populasi kematian pada semua umur. Di Kecamatan Sukowono terdapat 1425 orang yang menderita hipertensi. (Dinkes Jember). Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis hubungan antara tingkat sosial ekonomi, tingkat konsumsi natrium, lemak, dan kopi, tingkat aktivitas fisik, status gizi, merokok, dan stres dengan kejadian hipertensi pada pra lansia dan lansia Prolanis di Wilayah Kerja Puskesmas Sukowono Kabupaten Jember. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan desain cross sectional. Peneltiian ini dilakukan di Puskesmas Sukowono Kabupaten Jember. Sampel penelitian ini adalah pra lansia dan lansia Prolanis sebanyak 48 responden. Teknik pengambilan sampel secara total sampling. Penelitian ini menganalisis antara varaibel independen dengan variabel dependen dengan uji chi-square. Konsumsi makan meliputi tingkat konsumsi makanan yang diukur menggunakan metode Food Recall 2 x 24 jam dan pola konsumsi makanan diukur menggunakan Food Frequency Questionnaire (FFQ). Penilaian stauts gizi diukur melalui pengukuran berat badan dan tinggi badan. Pengukuran tingkat aktivitas fisik pada lansia menggukan Physical Activities Scale for Elderly (PASE). Pengukuran stres menggunakan Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS 42). Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden tidak bekerja/pensiun sebanyak 38 responden dan pendapatan lebih dari UMR dan kurang dari UMR masing-masing 24 orang. Tingkat konsumsi sumber natrium lebih dari 2400 mg sebanyak 32 responden dan tingkat konsumsi lemak termasuk defisit ringan sebanyak 39 responden. Pola konsumsi makanan sumber natrium dan lemak yang sering dikonsumsi yaitu garam dapur sebanyak 48 responden dan minyak kelapa sebanyak 48 responden. Tingkat aktivitas fisik responden termasuk baik sebanyak 34 responden. Status gizi responden termasuk normal sebanyak 31 responden. Pada konsumsi kopi, responden termasuk tidak mengkonsumsi kopi sebanyak 30 responden. Responden termasuk tidak merokok sebanyak 40 responden. Tingkat stres responden termasuk normal dan ringan masing-masing sebanyak 18 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel independen yang terdapat hubungan dengan kejadian Hipertensi adalah tingkat konsumsi natrium. Variabel yang tidak tersdapat hubungan dengan kejadian Hipertensi adalah tingkat sosial ekonomi, tingkat konsumsi lemak, tingkat aktivitas fisik, status gizi, konsumsi kopi, merokok, dan tingkat stres. Responden diharapkan mengurangi konsumsi makanan sumber natrium dan membiasakan mengkonsumsi makanan sumber serat serta mempertahankan status gizi yang normal dengan memperhatikan makanan yang diperbolehkan dan yang tidak diperbolehkan. Pihak puskesmas diharapkan melakukan penyuluhan tentang makanan sumber serat yang baik dikonsumsi di usia lanjut dan makanan sumber natrium dengan memberikan contoh jumlah konsumsi yang baik dikonsumsi dan takaran pemberian garam yang dianjurkan per hari. Pihak Puskesmas diharapkan melakukan penyuluhan tentang obesitas dan pentingnya manajemen stres pada usia 50 tahun keatas.
Collections
- UT-Faculty of Public Health [2227]