dc.description.abstract | Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan bakat serta kepribadian dirinya. Pendidikan merupakan hak setiap manusia. Anak tunanetra merupakan individu yang memiliki keterbatasan pada penglihatan sehingga memerlukan penanganan khusus dalam proses pembelajarannya. Materi dalam ilmu matematika yang membutuhkan pemahaman visual adalah materi bangun datar. Menurut Munandar (2002) terdapat 4 aspek berpikir kreatif meliputi fluency (kelancaran), flexibility (keluwesan), originality (orisinil), dan elaboration (terperinci). Menurut Siswono (2004) terdapat 4 tahapan berpikir kreatif menurut Wallas meliputi preparasi, inkubasi, iluminasi, dan verifikasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses berpikir kreatif siswa tunanetra dalam mengkonstruk bangun datar berbantuan alat peraga tangram menurut tahapan Wallas. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian adalah 3 orang siswa kelas VIII di SLB-A TPA Negeri 1 Branjangan, Patrang, Jember. Subjek pertama disebut dengan S1, subjek kedua disebut dengan S2, dan subjek ketiga disebut dengan S3. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 5 November 2019. Metode pengumpulan data yaitu tes dan wawancara.
Berdasarkan hasil validasi soal tes dan pedoman wawancara didapatkan Va masing-masing senilai 4,67. Soal tes yang sudah dinyatakan valid kemudian diberikan kepada subjek penelitian sebagai instrumen tes. Hasil tes tersebut kemudian dianalisis untuk mendeskripsikan proses berpikir kreatifnya menurut tahapan Wallas.
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, siswa tunanetra cenderung melalui seluruh tahapan berpikir kreatif menurut Wallas meliputi tahap preparasi, tahap
inkubasi, tahap iluminasi, dan tahap verifikasi. Terdapat perbedaan antara ketiga subjek penelitian dari ketercapaian indikator berpikir kreatifnya. Adapun proses berpikir kreatif ketiga subjek penelitian adalah sebagai berikut.
S1 memiliki kecenderungan mampu memahami permasalahan dengan lancar pada tahap preparasi dengan menyebutkan apa yang diketahui dan ditanyakan pada soal secara lengkap. Pada tahap inkubasi, S1 melakukan proses merenung untuk memikirkan penyelesaian soal yang diberikan. Pada tahap iluminasi, S1 dapat menemukan satu atau lebih ide mengkonstruk suatu bangun datar. Pada tahap verifikasi S1 memeriksa kembali jawaban untuk meyakinkan bahwa ide yang didapatkan benar.
S2 memiliki kecenderungan mampu memahami permasalahan dengan lancar dengan cara menyebutkan permasalahan soal secara runtut meskipun kurang lengkap pada tahap preparasi. Pada tahap inkubasi, S2 melalui proses merenung dalam jangka waktu cukup lama. Pada tahap iluminasi, S2 mampu menemukan ide lebih dari satu penyelesaian. S2 memeriksa kembali penyelesaian yang diperoleh pada tahap verifikasi.
S3 memiliki kecenderungan kurang mampu memahami permasalahan pada tahap preparasi sehingga S3 melakukan aktivitas diam atau merenung dalam waktu lama ketika memahami permasalahan pada tahap inkubasi. S3 menemukan ide lebih dari satu dengan lancar. S3 juga mengevaluasi ide jawaban yang didapatkan pada tahap verifikasi. | en_US |