Skrining Fitokimia dan Uji Aktivitas Antibakteri Tanaman Senggugu (Rotheca serrata (L.) Steane & Mabb.) terhadap Pseudomonas aeruginosa
Abstract
Penyakit infeksi bakteri menjadi salah satu penyumbang tingginya mortalitas dan morbiditas manusia di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Penggunaan terapi antibiotik yang tidak rasional dan tidak terkontrol dalam menangani penyakit infeksi bakteri telah dilaporkan memicu masalah baru yaitu munculnya kasus bakteri resisten antibiotik (BRA) dan gen resisten antibiotik (GRA), salah satunya pada bakteri Pseudomonas aeruginosa (P. Aeruginosa). Hingga saat ini, data epidemiologis resistensi bakteri P. aeruginosa di Indonesia diperkirakan terus berkembang, sehingga memicu eksplorasi penemuan alternatif antibakteri, salah satunya dengan pemanfaatan aktivitas antibakteri dari kandungan fitokimia tanaman Senggugu (Rotheca serrata (L.) Steane & Mabb.).
Berdasarkan latar belakang tersebut, pada penelitian ini dilakukan skrining fitokimia dengan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan uji aktivitas antibakteri dengan metode mikrodilusi berdasarkan protokol standar CLSI M07-A10 pada ekstrak dan fraksi Senggugu terhadap Pseudomonas aeruginosa. Skrining fitokimia yang dilakukan pada ekstrak dan fraksi Senggugu meliputi uji alkaloid, terpenoid atau steroid bebas, flavonoid, dan polifenol. Pada uji aktivitas antibakteri, gentamisin digunakan sebagai kontrol positif, sedangkan DMSO 1% digunakan sebagai kontrol negatif. Hasil skrining fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak metanol Senggugu mengandung golongan senyawa terpenoid atau steroid bebas, flavonoid, dan polifenol, serta tidak ditemukan adanya kandungan alkaloid. Pada fraksinasi Senggugu, golongan senyawa terdistribusi berdasarkan kepolarannya mengikuti prinsip like dissolved like. Hasil skrining fitokimia fraksi Senggugu yaitu fraksi heksana dan diklorometana mengandung golongan senyawa terpenoid atau steroid bebas, serta fraksi etil asetat dan residu mengandung golongan senyawa flavonoid dan polifenol.
Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak dan fraksi Senggugu berupa nilai IC50. Nilai IC50 yang semakin kecil menunjukkan kemampuan antibakteri yang semakin besar. Urutan IC50 yang dari terkecil yaitu fraksi n-heksana (176,919 ± 6,303 μg/mL), lalu fraksi diklorometana (343,767 ± 12,399 μg/mL) dan ekstrak (380,462 ± 17,014 μg/mL) yang tidak berbeda signifikan, kemudian fraksi fraksi etil asetat (547,255 ± 12,006 μg/mL), dan residu (924,943 ± 27,393 μg/mL). Keterulangan hasil uji dapat diterima karena sesuai dengan persyaratan pengujian berbasis sel yaitu nilai CV<30%. Nilai MIC gentamisin (0,5 ppm) sebagai kontrol positif yaitu 80,510 ppm dengan CV 0,206%. Hal tersebut sesuai dengan persyaratan MIC gentamisin pada protokol standar CLSI M07-A10, yakni pada kisaran 0,5-2 μg/mL, sehingga metode yang digunakan sudah benar. DMSO 1% sebagai pelarut tidak memberikan penghambatan terhadap pertumbuhan bakteri.
Collections
- UT-Faculty of Pharmacy [1469]