EFEK TEMBAGA (Cu) PADA BEDA POTENSIAL LISTRIK PERMUKAAN DAUN TANAMAN BAWANG MERAH
Abstract
Logam Cu merupakan logam esensial yang jika berada dalam konsentrasi
rendah dapat merangsang pertumbuhan organisme sedangkan dalam konsentrasi
yang tinggi dapat menjadi penghambat. Pencemaran logam Cu berasal dari industri
tekstil (Industri kertas), limbah rumah tangga, pertanian (pestisida dan pupuk
melebihi dosis), pelabuhan dan peternakan. Tembaga (Cu) merupakan salah satu
logam berat yang bersifat racun terhadap semua tumbuhan pada konsentrasi larutan
diatas 0,1 ppm. Kandungan logam berat yang berlebih dapat menyebabkan penurunan
pertumbuhan, penurunan produktivitas tanaman, serta dapat menyebabkan kematian.
Akumulasi Cu pada tanaman selain menyebabkan tanaman kerdil dan klorosis pada
daun juga menyebabkan pengurangan tingkat fotosintesis, perusakan struktur
kloroplas, terganggunya proses transport elektron selama fotosintesis, serta
berkurangnya kerapatan kloroplas. Kekurangan unsur Cu dapat menyebabkan Mid
Crown Clorosis (MCC) atau Peat Yellow (Jaringan klorosis berwarna hijau pucat
sampai kekuningan, muncul di tengah anak daun muda). Pada manusia keracunan Cu
secara kronis menimbulkan penyakit Wilson (kerusakan pada otak serta penurunan
kerja pada ginjal dan pengendapan Cu pada kornea mata) dan Kinsky (terbentuknya
rambut yang kaku dan berwarna kemerahan pada penderita) juga penyakit Menkes
(sindroma rambut keriting atau seperti baja).
Penelitian yang dilaksanakan di Laboratorium Biofisika Jurusan Fisika dan
Green House Laboratorium Botani Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas
Jember bertujuan untuk mengetahui efek tembaga (Cu) pada beda potensial listrik
permukaan daun. Pengukuran yang dilakukan menggunakan lima variasi konsentrasi
tembaga (0,04, 10, 50, 100, dan 200 ppm) yang berada dalam tanaman bawang
viii
merah, dimana setiap perlakuan terdapat lima pengulangan. Selain pengukuran beda
potensial listrik permukaan daun juga dilakukan pengukuran luas daun dan
pengamatan secara visual. Hasil pengukuran kemudian diolah dengan metode statistik
One-Way ANOVA.
Berdasarkan hasil uji statistik, pada pengukuran beda potensial listrik
permukaan daun terjadi perbedaan yang signifikan dari minggu pertama sampai
minggu keempat. Pengukuran luas daun juga menunjukkan perbedaan yang
signifikan dari minggu pertama sampai keempat. Pada pengamatan visual warna daun
tanaman terlihat tidak ada beda signifikan antara kontrol dan perlakuan
perminggunya artinya bahwa pengamatan visual warna daun tidak efektif untuk
digunakan sebagai indikator dalam menentukan tanaman yang teracuni Cu untuk
berbagai konsentrasi Cu. Sedangkan pengukuran beda potensial listrik permukaan
daun sedini mungkin sudah dapat dijadikan indikator adanya efek tembaga
berdasarkan nilai beda potensial listrik permukaan daunnya. Sehingga hasil
pengamatan luas daun dan gejala visual dapat digunakan sebagai data pendukung
pada beda potensial listrik permukaan daun.