Pemanfaatan Cangkang Telur Puyuh sebagai Media Adsorben Logam Berat Timbal (Pb)
Abstract
Penimbunan sampah secara terus-menerus di TPA dapat menghasilkan
pencemar berupa air lindi (leachate). Lindi memiliki potensi besar mencemari
badan air sekelilingnya, terutama air tanah. Menurut penelitian yang dilakukan
Widyasari sumur monitoring TPA Pakusari mengandung logam berat timbal yang
melebihi baku mutu lingkungan yaitu sebesar 0,164 mg/l. Paparan Pb bisa
menyebabkan gangguan sistem gastrointestinal, sistem reproduksi (penurunan
libido, siklus menstruasi terganggu, keguguran pada kehamilan dan infertilitas
pada laki-laki), sistem kardiovaskuler, sistem endokrin, penurunan IQ, gangguan
syaraf. Kandungan timbal (Pb) yang tinggi pada darah juga mengakibatkan
meningkatnya risiko osteoporosis dan meningkatkan risiko karies gigi.
Penanganan yang dapat dilakukan untuk mengatasi pencemaran logam
timbal (Pb) dengan melakukan pengelolaan dengan metode adsorbsi.
Perkembangan konsumsi telur puyuh selama tahun 2015 – 2016 di Indonesia ratarata
mengalami kenaikan sebesar 16,4 %. Konsumsi telur yang meningkat
membuat berbagai cangkang telur dianggap sebagai limbah yang belum
dimanfaatkan secara maksimal. Cangkang telur puyuh memiliki kadar CaCO3
(55,46%) dan protein (asam amino). Memiliki pori-pori mengandung asam
protein mukopolisakarida yang dapat dikembangkan menjadi suatu adsorben dan
berperan sebagai senyawa aktif dalam proses adsorpsi. Asam amino memiliki
gugus penting, yaitu karboksil, amina, dan sulfat yang dapat mengikat ion logam
membentuk suatu ikatan ikonik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
perbedaan kadar Pb pada air sumur kelompok kontrol dan kelompok perlakuan.
Metode penelitian ini adalah True Experimental. Tahap pertama yaitu
membuat serbuk cangkang telur puyuh, kemudian diayak menggunakan ayakan
dengan ukuran 100 mesh. Terdapat empat kelompok, masing-masing kelompok
terdiri dari 6 replikasi. Kelompok pertama yaitu kelompok yang tidak diberi
perlakuan penambahan massa serbuk cangkang telur puyuh 0 g/l (kontrol),
kelompok kedua dengan perlakuan penambahan massa serbuk cangkang telur
puyuh teraktivasi 1,5 g/l (P1), kelompok ketiga yaitu penambahan serbuk
cangkang telur puyuh teraktivasi 3,5 g/l (P2), dan kelompok keempat yaitu
penambahan serbuk cangkang telur puyuh teraktivasi 5,5 g/l. Waktu kontak
serbuk cangkang telur puyuh teraktivasi termal dengan air sumur yaitu selama 10
menit.
Hasil penelitian dilakukan uji normalitas kemudian tes homogenitas, setelah
itu dilakukan uji Anova. Hasil uji One Way Anova dengan α = 0,05 menunjukkan
bahwa tingkat signifikasi sebesar 0,000 artinya seluruh kelompok perlakuan
memiliki rata-rata populasi yang berbeda, baik pada kelompok kontrol, kelompok
P1, P2 dan P3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok penambahan
serbuk cangkang telur puyuh teraktivasi sebanyak 5,5 g/l memiliki penurunan
tertinggi dari pada kelompok lainnya yaitu dengan persentase 85,71 %. Saran bagi
pihak TPA Pakusari diharapkan memfungsikan instalasi pengelolaan air lindi
untuk mencegah rembesan terhadap air sumur di sekitar TPA Pakusari. Saran bagi
peneliti selanjutnya adalah serbuk cangkang telur puyuh teraktivasi bisa
diterapkan langsung dengan mengetahui takaran serbuk cangkang telur puyuh
teraktivasi untuk takaran bak air atau pada volume air sumur tersebut.
Pengaplikasian filter air dapat dilakukan pada air sumur di pemukiman sekitar
TPA Pakusari yang kemungkinan tercemar oleh logam berat.
Collections
- UT-Faculty of Public Health [2227]