Manajemen Rantai Pasokan (Supply Chain Management) Produk Cocofiber di CV. Sumber Sari Desa Lembengan Kecamatan Ledokombo Kabupaten Jember
Abstract
Serat sabut kelapa (cocofiber) merupakan produk utama olahan sabut
kelapa yang bernilai ekspor. Produk cocofiber telah membuktikan bahwa limbah
terbesar buah kelapa dapat dimanfaatkan menjadi produk yang lebih bernilai.
Potensi pengembangan produk cocofiber di Indonesia harus dilakukan karena
untuk saat ini permintaan terhadap produk cocofiber cukup tinggi, namun
produksi yang dilakukan masih sedikit. CV. Sumber Sari merupakan satu-satunya
agroindustri di Kabupaten Jember yang secara konsisten mengolah sabut kelapa
menjadi produk cocofiber dan mengekspornya hingga ke luar negeri. Bahan baku
sabut kelapa yang digunakan oleh CV. Sumber Sari berasal dari Jember,
Banyuwangi, dan Situbondo. Adanya kendala ketidakpastian tentu akan
mempengaruhi keberlangsungan rantai pasokan produk cocofiber di CV. Sumber
Sari, baik ketidakpastian dari pemasok (ketidakpatian kuantitas dan waktu
pengiriman bahan baku) maupun ketidakpastian dari internal itu sendiri. Hal ini
dikarenakan apabila produksi terganggu maka produk yang akan disalurkan ke
konsumen akhir juga ikut terganggu, sehingga dalam hal ini kegiatan manajemen
rantai pasokan di CV Sumber Sari sangat penting agar produksi produk cocofiber
dapat berjalan dengan baik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) aliran produk, aliran
informasi, dan aliran keuangan pada rantai pasokan produk cocofiber di CV.
Sumber Sari, 2) kinerja manajemen rantai pasokan produk cocofiber di CV.
Sumber Sari. Penentuan daerah pada penelitian ini dilakukan secara sengaja
(Purposive Method) yaitu di Desa Lembengan Kecamatan Ledokombo Kabupaten
Jember, tepatnya di CV. Sumber Sari. Metode penelitian yang digunakan adalah
metode deskriptif dan analitik. Metode pengambilan contoh pada penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling dan snowball
sampling. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data tersebut diolah dengan
metode analisis deskriptif dan Supply Chain Operation Reference (SCOR) yang
terdiri dari lima atribut kinerja dan sepuluh indikator kinerja.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) aliran produk pada rantai pasokan
cocofiber meliputi perpindahan produk dari petani ke tengkulak hingga ke
pedagang pengumpul dalam bentuk kelapa tua utuh, dari pedagang pengumpul ke
CV. Sumber Sari dalam bentuk sabut kelapa, dan dari CV. Sumber Sari ke
konsumen dalam bentuk cocofiber. Aliran informasi yang mengalir meliputi
waktu pemanenan buah kelapa, kuantitas buah kelapa, harga buah kelapa,
ketersediaan sabut kelapa, harga sabut kelapa, pengiriman sabut kelapa, kualitas
dan kuantitas cocofiber, informasi pengiriman cocofiber, serta kesepakatan jualbeli antar masing-masing pelaku rantai pasokan. Aliran keuangan yang mengalir
berupa pembayaran yang dilakukan, dimana terdapat 4 macam sistem pembayaran
yang dilakukan yaitu penundaan pembayaran, pembayaran tunai, pembayaran
uang muka terlebih dahulu, dan pembayaran secara deposito; 2) kinerja rantai
pasokan di CV. Sumber Sari pada atribut kinerja reliability (keandalan) dan
responsiveness (responsivitas) menunjukkan baik karena masing-masing indikator
pada atribut kinerja tersebut memiliki nilai yang baik, sedangkan pada atribut
kinerja agility (ketangkasan), costs (biaya), dan assets (manajemen aset)
menunjukkan nilai yang belum baik. Nilai tersebut belum baik karena pada atribut
kinerja agility, indikator nilai risiko keseluruhan masih memiliki nilai yang tinggi,
yaitu pada proses produksi dan pengadaan bahan baku. Atribut kinerja costs
memiliki nilai yang belum baik karena terdapat biaya yang tinggi dalam
penyampaian material atau bahan baku. Atribut kinerja assets memiliki nilai
belum baik karena indikator pengembalian modal kerja masih berada pada posisi
yang tidak aman.