dc.description.abstract | Petani tembakau merupakan seseorang yang bekerja dalam proses
penanaman tembakau hingga pemanenan daun tembakau yang membutuhkan
waktu empat bulan. Pemanenan tembakau dapat dilakukan dengan cara memetik
daun tembakau secara langsung dan dilakukan tujuh jam dalam sehari yang dapat
dilakukan hingga beberapa hari berdasarkan luas area persawahan. Petani
tembakau memiliki risiko tinggi terkena penyakit akibat kerja yang berhubungan
dengan absorbsi nikotin dalam tembakau basah melalui kulit. Penyakit akibat
kerja yang berhubungan dengan absorbsi nikotin dalam tembakau basah disebut
Green Tobacco Sickness (GTS). GTS adalah penyakit yang dapat disebabkan oleh
penyerapan nikotin melalui kulit saat petani bekerja di lahan tembakau yang basah
tanpa memakai alat pelindung diri. Penyakit ini ditandai dengan gejala antara lain
sakit kepala, mual, muntah, lemas. Sedangkan faktor yang berhubungan dengan
terjadinya GTS antara lain kelompok umur, lama bertani tembakau dan kegiatan
yang dilakukan di lahan tembakau.
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis faktor yang berhubungan dengan
risiko green tobacco sickness (GTS) pada kelompok tani pemetik daun tembakau
di desa Kesilir kecamatan Wuluhan kabupaten Jember. Jenis penelitian analitik
observasional dengan pendekatan cross sectional. Sampel pada penelitian adalah
40 responden. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster random
sampling. Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan uji statistik Chi
square. Penelitian ini dilakukan di desa Kesilir kecamatan Wuluhan kabupaten
Jember pada bulan Juli-November 2018. Terdapat dua variabel dalam penelitian
ini yaitu variabel bebas yang meliputi umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan,
masa kerja, waktu pemetikan, higiene personal dan penggunaan APD serta
variabel terikat yaitu gejala Green Tobacco Sickness (GTS) pada kelompok tani
pemetik daun tembakau.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi responden sebesar 67,5%
(27 responden) mengalami green tobacco sickness dan sebesar 32,5% (13
responden) tidak mengalami green tobacco sickness. Distribusi jumlah umur
responden tertinggi yaitu 45 – 54 tahun sebesar 35%, dan jumlah umur responden
terendah yaitu > 55 tahun sebesar 7,5%. Jumlah responden dengan jenis kelamin
tertinggi yaitu perempuan 28 orang atau sebesar 70% sedangkan responden lakilaki sebesar 12 orang atau 30%. Pendidikan terbesar dari responden adalah tidak
sekolah sebesar 23 orang atau sebesar 57,5 % sedangkan pendidikan terendah
adalah SMP/MTs sederajat sebesar 5 orang atau 12.5%. Higiene personal dari
responden kebanyakan adalah kurang baik sebesar 23 orang atau sebesar 57,5 %
dan sisanya sudah baik yaitu sebesar 17 orang dengan presentase 42,5%, masa
kerja responden tertinggi yaitu 6 – 10 tahun sebesar 17 orang dengan presentase
42,5% dan masa kerja terendah reponden adalah >10 tahun sebesar 8 orang
dengan presentase 20%. Responden kebanyakan melakukan pemetikan pada pukul
05.00 – 07.00 yaitu sebanyak 25 orang dengan presentase 62,5% dan sisanya
melakukan pemetikan pada pukul 07.00 – 09.00 yaitu sebesar 15 orang atau
sebesar 37%. Penggunakan alat pelindung diri kebanyakan masih kurang baik
sebanyak 32 orang dengan presentase 80% dan sisanya sudah baik yaitu sebesar 8
orang atau sebesar 20%.
Hasil analisis penelitian yang dilakukan dengan menggunakan uji statistik
Chi square menunjukkan umur berhubungan dengan gejala green tobacco
sickness, jenis kelamin tidak berhubungan dengan gejala green tobacco sickness,
tingkat pendidikan tidak berhubungan dengan gejala green tobacco sickness,
higiene personal berhubungan dengan gejala green tobacco sickness, masa kerja
berhubungan dengan gejala green tobacco sickness, waktu pemetikan
berhubungan dengan gejala green tobacco sickness dan penggunaan alat
pelindung diri berhubungan dengan gejala green tobacco sickness.
Saran yang dapat diberikan dalam penelitian Bagi kelompok tani/petani
pemetik daun tembakau yaitu disarankan menggunakan alat pelindung diri
misalnya memakai baju lengan panjang, sarung tangan sampai ke siku yang dibuat
dari bahan karet/latex, dan menganjurkan pemetik untuk segera mengganti
pakaian dan mencuci tangan atau mandi setelah bekerja, Peningkatan peran ketua
kelompok tani dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap petani pemetik daun
tembakau tentang GTS dengan cara group discussion sebelum dan setelah selesai
bekerja serta Peningkatan peran petugas kesehatan dalam pencegahan GTS untuk
kepentingan perkebunan ternbakau, disarankan untuk mengadakan pengarahan
yang bersifat rutin tiap seminggu sekali kepada petani pemetik daun tembakau
tentang pentingnya kesehatan kerja, yang dalam hal ini berhubungan dengan caracara pencegahan terjadinya GTS. Hal ini bisa dilakukan dengan memaksimalkan
tenaga kesehatan yang ada di puskesmas untuk lebih mengaktifkan program Pos
UKK (Upaya Kesehatan Kerja) yang ada di puskesmas dalam menjalani perannya
untuk memberikan informasi kesehatan dan pencegahan kecelakaan akibat kerja
sebagai unit kesehatan kerja. Bagi peneliti lain dapat melakukan analisis faktor
risiko yang lebih mendalam terkait faktor yang berhubungan dengan gejala GTS
dan melakukan tes darah dan urin untuk mengetahui tingkat kandungan nikotin
dalam tubuh petani pemetik daun tembakau sehingga bisa dilakukan upaya lebih
mendalam dalam menangani GTS | en_US |