dc.description.abstract | Pembangunan gedung dan kegiatan konstruksi mempunyai sisi positif dalam
pertumbuhan ekonomi. Tetapi disisi lain terdapat potensi bahaya besar seperti
mengakibatkan kecelakaan kerja,cedera, penyakit akibat kerja, serta stres akibat
kerja yang dapat menurunkan produktivitas tenaga kerja itu sendiri. Salah satu
penyebabnya adalah lingkungan kerja yang kurang kondusif dan kurang
mendukung. penyebabnya adalah lingkungan kerja yang kurang kondusif dan
kurang mendukung. Potensi bahaya yang terdapat pada pada lingkungan kerja dan
mendapatkan perhatian khusus adalah tekanan panas. Tekanan panas adalah
kombinasi antara suhu udara, kelembaban udara, kecepatan gerakan dan suhu
radiasi. Jika panas dalam tubuh lebih cepat dari pada proses hilangnya kelebihan
panas, maka seseorang tersebut mengalami heat stress. Heat stress adalah
penyakit akibat tekanan panas berupa beban panas pada pekerja yang dihasilkan
dari kontribusi gabungan faktor pekerjaan, faktor lingkungan, dan faktor tenaga
kerja.
PT. Hutama-Nindya, JV adalah perusahaan di bidang konstruksi bangunan
yang sedang mengerjakan proyek pembangunan gedung pada Universitas Jember
salah satunya adalah proyek Agrotecnopark yang berada pada daerah Jubung
Kabupaten Jember. Proyek pembangunan gedung Agrotecnopark telah memiliki
manajemen resiko K3 namun, pencegahan penyakit akibat kerja atau monitoring
bahaya apa saja yang akan dihadapi pekerja saat bekerja dilingkungan kerja
terutama iklim kerja yang panas masih belum dilakukan.
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan paparan tekanan
panas dan keluhan heat stress pada pekerja di proyek pembangunan gedung
Agrotecnopark Universitas Jember. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif, jenis penelitian analitik observasional dengan desain cross sectional.
Populasi penelitian sebanyak 138 pekerja dengan sampel 102 pada pekerja di
proyek pembangunan gedung Agrotecnopark Universitas Jember dan teknik
pengambilan sampel menggunakan random sampling. Variabel dalam penelitian
meliputi faktor individu (umur, status gizi, dan konsumsi air minum), faktor
pekerjaan (beban kerja dan masa kerja), dan iklim kerja yang akan dihubungkan
dengan keluhan heat stress.
Hasil penelitian ini pada faktor individu yaitu paling banyak responden
berada dalam kelompok umur antara 26-35 tahun (36,3%), sebagian besar
responden memiliki status gizi dalam kategori normal (69,6%), dan paling banyak
mengkonsumsi air minum < 1,9 L (55,9%). Pada faktor pekerjaan mayoritas
responden memiliki beban kerja ringan (83,3%) dan paling banyak sudah bekerja
selama 7-12 bulan (65,7%). Hasil pengukuran tekanan panas di 4 titik berkisar
30,30C - 32,00C dengan rata-rata di atas NAB. Faktor individu yaitu faktor
konsumsi air minum dan faktor tekanan panas memiliki hubungan yang
signifikan dengan keluhan heat stress. sedangkan faktor usia, status gizi, masa
kerja dan beban kerja tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan keluhan
heat stress.
Saran yang diberikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah bagi
perusahaan sebaiknya menyusun program konsumsi air minum pada pekerja yang
bekerja di area yang memiliki pajanan tekanan panas yang tinggi, melakukan
pemeriksaan kesehatan secara rutin kepada seluruh pekerjanya terutama di bagian
proyek pembangunan yang terpapar tekanan panas, melakukan pengukuran
tekanan panas pada lingkungan di semua bagian secara berkala sebagai dasar
penentuan kebijakan bagi pekerja seperti masa kerja dan waktu istirahat. Bagi
Pekerja sebaiknya menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) seperti pakaian kerja
dari bahan katun dan mengonsumsi air minum lebih banyak pada saat bekerja
untuk mengurangi panas dalam tubuh. Bagi peneliti selanjutnya peneliti
selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian dan analisis dengan variabel
yang belum diteliti dalam penelitian ini seperti perilaku konsumsi air minum. | en_US |