Efektivitas Arang Aktif Eceng Gondok Berdasarkan Suhu Karbonisasi Sebagai Adsorben Fe Pada Sistem Filter Air
Abstract
Pembuatan arang aktif menggunakan bahan baku eceng gondok menjadi prospek utama dalam penelitian ini karena eceng gondok merupakan limbah di perairan yang pertumbuhannya sangat pesat dan dapat merusak keseimbangan ekosistem perairan. Pemanfaatan tanaman eceng gondok yang dapat dijadikan sebagai bahan baku arang aktif (adsorben) menjadi salah satu alternatif dalam mengatasi kadar besi (Fe) yang cukup tinggi dalam air. Arang aktif merupakan salah satu bahan alternatif yang memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan karena kemampuan arang aktif yang sering digunakan dalam proses penyerap rasa, warna, bau dari air dan juga sebagai penyerap kadar logam berat dalam air. Salah satu tahapan dalam proses pembuatan arang aktif yaitu dengan melakukan karbonisasi. Penelitian ini dilakukan proses karbonisasi dengan suhu 400°C dan 500°C selama 1 jam. Pada tahapan ini akan dihasilkan arang eceng gondok, kemudian arang eceng gondok diaktivasi mengguanakan larutan NaOH 25% (b/v) yang kemudian diaduk menggunakan magnetic stirrer hot plate dan disaring. Arang aktif kemudian dinetralkan menggunakan HCl 2 M dan dibersihkan menggunakan aquades hingga pH netral. Selanjutnya arang aktif dioven pada suhu 100°C selama 2 jam. Efektivitas arang aktif eceng gondok sebagai adsorben besi (Fe) pada penelitian ini ditentukan berdasarkan hasil yang diperoleh melalui pengujian pada sistem rancang bangun filter air skala laboratorium. Hasil proses filtrasi ditampung dalam gelas ukur dan volumenya diukur setiap selang waktu 5 menit selama 1 jam. Pengukuran yang sama dilakukan sebanyak tiga kali pengulangan menggunakan arang aktif eceng gondok yang berbeda berdasarkan suhu karbonisasi pada suhu 400°C dan 500°C, sehingga sempel hasil filtrasi yang akan diperoleh diantaranya sempel A yaitu air hasil filtrasi menggunakan arang aktif eceng gondok dengan suhu karbonisasi 400°C dan sampel B yaitu air hasil filtrasi menggunakan arang aktif eceng gondok dengan suhu karbonisasi 500°C, sedangkan sempel C merupakan sempel air sebelum dilakukan proses filtrasi. Selanjutnya, dilakukan serangkaian analisis terkait pengaruh suhu karbonisasi terhadap perubahan nilai fluks, pH, kadar besi (Fe) sebelum dan sesudah filtrasi untuk dapat ditarik kesimpulan. Penentuan suhu karbonisasi terbaik untuk melihat efektivitas arang aktif eceng gondok sebagai adsorben besi (Fe) ditinjau dari hasil nilai fluks terbesar, pH berada pada rentang 6,5-8,5 berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010, serta persentase penurunan kadar besi (Fe) yang terbesar. Hasil analisa menunjukkan bahwa nilai fluks pada pengujian sampel B lebih besar dibandingkan dengan nilai fluks yang dihasilkan pada pengujian sampel A. Suhu karbonisasi pada arang aktif eceng gondok sebagai media filtrasi tidak mempengaruhi terjadinya perubahan pada nilai pH air uji baik sebelum dan setelah dilakukan uji filtrasi pada rancang bangun filter air yaitu sebesar 7,5, nilai ph air uji masih berada pada kategori diperbolehkan untuk digunakan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 yaitu pH berada pada rentang 6,5-8,5. Penggunaan arang aktif eceng gondok dengan suhu karbonisasi 500°C mampu megurangi kadar besi (Fe) dalam air uji lebih baik dibandingkan arang aktif eceng gondok dengan suhu karbonisasi 400°C. Presentase penurunan kadar besi (Fe) pada air uji terbesar belaku pada penggunaan arang aktif eceng gondok dengan suhu karbonisasi 500°C, sehingga lebih efektif digunakan sebagai media adsorben pada rancang bangun filter air.