Simulasi Numerik Tata Letak Bangunan Pemecah Gelombang DI Pantai Puger Jember Akibat Pasang Surut
Abstract
Pantai Puger yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Puger Kabupaten Jember merupakan daerah penghasil ikan terbesar di Kabupaten Jember. Selain itu Pantai Puger juga digunakan sebagai objek wisata. Sarana kegiatan melaut memiliki peranan yang sangat penting dalam kegiatan sehari-hari, dikarenkan mayoritas masyarakat setempat berprofesi sebagai nelayan. Kemudahan kapal untuk berlayar dipengaruhi oleh kondisi lingkungan perairan di pelabuhan yaitu tingkat ketenangan perairan baik itu yang disebabkan oleh pasang surut. Tinggi pasang surut adalah jarak vertikal antara air tertinggi (puncak air pasang) dan air terendah (lembah air surut) yang berurutan. Sebagai contoh, elevasi puncak bangunan pemecah gelombang, ditentukan oleh elevasi muka air pasang, sementara kedalaman alur pelayaran/pelabuhan ditentukan oleh muka air surut. Maka dampak pasang surut pada kondisi tata letak bangunan pemecah gelombang sangat berpengaruh untuk kapal yang akan berlayar dan berlabuh. Berdasarkan permasalahan ini, salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah simulasi numerik, yaitu simulasi menggunakan rumus-rumus matematika untuk mentransformasikan fisik pantai ke dalam wilayah komputasi yang selanjutnya dipecahkan secara numerik melalui bantuan software. Dalam penelitian ini, akan dilakukan studi mengenai pengaruh pasang surut terhadap tata letak bangunan pemecah gelombang di Pantai Puger Jember, salah satu model yang akan digunakan adalah Delft3D-Flow, sebuah modul hidrodinamika yang bisa mensimulasikan aliran unsteady dan fenomena transport yang merupakan hasil dari pasang surut air laut. Selanjutnya, dengan diketahui alternatif tata letak pemecah gelombang diharapkan dapat direncanakan mekanisme pengendalian yang paling tepat untuk diterapkan di daerah pantai puger tersebut.
Berdasarkan hasil studi, simulasi numerik tata letak bangunan pemecah gelombang di pantai Puger Jember akibat pasang surut yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa kecepatan rata-rata maksimum pada kondisi eksisting sebesar 0.0714953 m/s, sedangkan desain pemecah gelombang kelima didapatkan kecepatan rata-rata maksimum sebesar 0.0599516 m/s. Jika ditinjau dari kecepatan rata-rata 5 titik pengamatan menunjukkan bahwa tata letak breakwater desain kelima memberikan kecepatan yang sedikit lebih kecil dari pada kondisi eksisting. Selain menganalisa kecepatan rata-rata, dilakukan pengamatan per titik untuk mengetahui perbandingan antara kondisi eksisting terhadap model desain pemecah gelombang. Diperoleh selisih terkecil dari desain pemecah gelombang kedua senilai 0.0109901 m/s, perbedaan kecepatan dominan berasal dari titik pengamatan pertama (38,57). Dikarenakan selisih kecepatan yang tidak terlalu signifikan, dibuat beberapa alternatif desain breakwater dengan menambahkan breakwater baru. Didapatkan selisih antara kedua desain (desain keempat dan kelima) tersebut senilai 0.0294475 m/s, perbedaan kecepatan dominan berasal dari titik pengamatan ketiga (41.63). Jika dibandingkan dengan semua desain pemodelan, pengamatan per titik ataupun rata-ratanya model desail kelima mampu mereduksi kecepatan pola arus lebih baik dibanding kondisi eksisting. Maka dapat disimpulkan jika ditinjau dari kecepatan pola arus, tata letak model desain pemecah gelombang kelima dengan menggunakan pemecah gelombang di sisi kanan dan kiri muara, lebih efektif menghambat laju arus dari pada kondisi eksisting.
Collections
- UT-Faculty of Engineering [4096]